Kamis, 28 Desember 2017. Pesta Kanak Kanak Suci Martir
Bacaan: 1Yoh 1:5-2:2; Mzm 124:2-3.4-5.7b-8: Mat 2:13-18
Renungan
DI antara keempat Injil, Matiuslah yang mengisahkan Kisah mengenai pembunuhan kanak-kanak oleh Herodes. Betlehem bukan kota besar dan tidak sukar mendapatkan anak yang berusia 2 tahun ke bawah. Kisah ini mau mengajarkan kepada kita 2 sikap. Sikap pertama adalah penolakan kekuasaan “yang tidak benar” (yang diwakili oleh Herodes) terhadap lahirnya seorang Raja Damai, dan penolakan itu diungkapkan dengan sangat brutal dan sangat tidak manusiawi; yang yang kedua, adalah sikap Yusuf dan Maria yang menjaga dan membela kehidupan dengan segala resiko yang diterimanya.
Hati kita tersayat mendengar berita dari WHO bahwa 28 kasus dari 1000 kehamilan diaborsi dalam satu tahun. Di Indonesia, menurut data dari BKKN terjadi 2 jt kasus aborsi pertahunnya. Kita dapaat memilahnya menurut situasi dan alasannya. Namun kadang karena alasan harga diri, status, ekonomi, sosial, pekerjaan, dan politik, anak yang dikandung dan bahkan baru dilahirkan kehilangan hidup. Yang sangat menyedihkan adalah sikap “budaya kematian” ini juga masuk dalam diri pengikut Kristus, dan bahkan dilakukan lebih dari sekali tanpa ada perasaan menyesal.
Sebagai orang yang dipercaya oleh Allah, kita sebagai orang tua perlu meneladan hidup Yusuf dan Maria. Mereka meresikon diri mereka untuk menjaga dan melindungi anugerah Allah. Mereka tanpa persiapan melawan ketakutan, kecemasan, ketidakpastian dengan mengikuti pesan Malaikat untuk pergi ke Mesir sampai Herodes meninggal. Menurut beberapa tokoh mereka mengembara sekitar 4 tahun di Mesir. Mesir adalah tempat penggemnblengan mental bagi dua tokoh penting KS; tempat ke mana Yusuf datang membawa keselamatan bangsa Israel dan tempat dari mana Musa memimpin bangsa Israel dari perbudakan.
Sebagai orang beriman, kita diutus untuk membela kehidupan. Hidup harus dihormati sejak pembuahan. Penghormatan itu kita berikan kepada anak yang dikandung untuk memperoleh hak hidupnya; kita, sebagai orang tua, dipanggil untuk menjaga dan memelihara kandungan dengan penuh cinta; termasuk ketika pada awalnya kita tidak menghendaki keberadaannya karena berbagai macam situasi. Hidup mereka lebih berarti dari sekolah, harga diri, kepentingan keluarga, rasa malu, ekonomi dlsb.
Sayangilah kehidupan yang diberikan Allah kepada anda. Panggilan ini bergema bukan hanya bagi para pria dan wanita yang menjadi ayah dan ibu, tetapi bagi kita semua, termasuk yang berkarya dalam dunia kesehatan.
Kontemplasi
Gambarkan sikap Yusuf dan Maria dalam membela dan memperjuangkan hidup Yesus.
Refleksi
Bagaimana sikapku terhadap anak yang dikandung? Apakah aku merawat dan memeliharanya sebagai pasangan suami isteri dengan penuh cinta?
Bagaimana sikapku jika dalam keluargaku mengalami kehamilan yang tidak dikehendaki?
Doa
Ya Bapa, Sumber dan Penyayang kehidupan, sertailah orang tua dalam menjaga, memelihara dan melindungi anak mereka dari “budaya kematian”.
Kami berdoa pula untuk para “unborned babies”, kedalam asuhan Yusuf dan Maria kami serahkan mereka. Amin
Perutusan
Jagalah dan belalah anak yang ada dalam kandungan dan hak anak dibawah umur walaupun itu meresikokan harga diri dan hidup anda.
Berdoalah untuk “unborned babies” , entah itu adalah buah hati anda atau buah hati orang-orang yang anda kenal.
Renungkan surat dari unborned baby untuk ibunya :https://www.youtube.com/watch?v=YK85C4JA5P8
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)