Rabu, 4 Juli 2018.
Bacaan: Am 5:14-15.21-24; Mzm 50:7.8-9.10-11.12-13.l6bc-17; Mat 8:28-34
Renungan:
KEUNIKAN pewartaan Amos dibandingkan dengan nabi lain adalah bahwa ” Allah tidak pilih kasih ” ; Tidak ada bangsa yang dikecualikan Allah. Salah satu tema yang diungkapkan Amos adalah mengenai Ibadat Palsu yaitu perasaan indah yang tidak berdampak apapun pada moral pribadi dan kebaikan hidup bermasyarakat. Diungapkan bagaimana Allah memalingkan muka dan telinga terhadap ibadat seperti ini. Ia menghendaki “..hendaknya keadilan bergulung-gulung seperti air, dan kebenaran seperti sungai yang selalu mengalir..”
Pewartaan Amos menjadi bahan refleksi bagi kita sebagai gereja, sejauh mana perayaan-doa-pertemuan yang agung, indah dan menghabiskan begitu banyak dana dan tenaga itu, membawa perubahan hidup nyata bagi jemaat dan kehidupan sosial kita. Bukan salah perayaannya, tetapi adalah penghayatan iman dan sikap batin kitalah yang kadang masih terkurung dalam ritualisme.
Entah berapa banyak kita menghadiri pesta-pesta perkawinan besar yang megah dan mewah, dengan video dan foto dan pakaian indah, tetapi kemudian kita mendengar bagaimana dalam waktu yang pendek perkawinan mereka mengalami kehancuran. Liturgi kita kaya makna dan sangat sarat dengan nilai, tetapi untuk menghidupinya memerlukan sikap batin yang benar dan pewujudan iman yang nyata.
Demikian juga halnya dengan perayaan hidup religius, pengikraran kaul atau pembaharuan kaul ataupun perayaan-perayaan hidup religius dan imamat lainnya. Diperlukan persiapan dan pengolahan diri yang konkret serta perubahan konkret bagaimana kaul dan imamat itu secara de fakto kita hayati. Salah satu kesalahan kita, sebagai religius dan imamat, adalah merasa diri sudah baik dan cukup, sehingga kita kurang bertumbuh lebih lagi. Kaul religius dan imamat bukan hanya berkat untuk gereja intern, tetapi berkat juga untuk dunia. Paus Fransiskus mengungkapkan dalam Tahun Hidup Religius bahwa para religius sejak dari dulu adalah perintis perubahan sosial dan harus terus menjadi perintis perubahan sosial.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana Amos mengundang umat untuk menghayati ibadat dengan benar.
Refleksi
Bagaimana ibadat dan perayaan-perayaan hidup yang kurayakan membawa dampak perubahan dalam hidupku maupun hidup orang lain?
Doa
Ya Bapa, ajarilah kami menjadikan “altar dan pasar” sebagai ibadat kehidupan harian kami.
Perutusan
Siapkanlah perayaan hidup dengan hati dan sikap iman yang baik. Dan jadikan perayaan itu sebagai kesempatan renovasi hidup pribadi dan berkat bagi orang lain. (Morist MSF).
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)