Minggu, 15 Oktober 2017.
Bacaan: Yes 25:6-10a: Mzm 23:1-3a.3b-4.5.6: Flp 4:12-14.19-20: Mat 22:1-14
Renungan
YESAYA dan Tuhan Yesus menggambarkan Kerajaan Allah sebagai sebuah sukacita pesta perkawinan. Sukacita cinta ditampakkan dalam pakaian pesta, makanan yang berkualitas dan suasana yang menyenangkan. Tidak ada kesedihan, duka, airmata ataupun maut. Menjadi tamu undangan bukanlah hak tetapi sebuah previligi. Maka sangatlah tidak sopan, tidak ada penghargaan ketika undangan yang luar biasa dan khusus ini ditolak atau diikuti dengan seenaknya (tanpa pakaian pesta).
Hari Pernikahan bagi sebagian besar pasturi adalah hari yang sangat indah dan terlupakan dalam hidup. Hari sukacita dan kegembiraan yang tidak hanya dirasakan oleh suami isteri, tetapi oleh seluruh anggota keluarga dan sanak saudara. Saat itulah kita fokus pada kebaikan dan kualitas positif pasangan, serta segala ketidaksempurnaan dan perbedaan tidak menjadi masalah bagi kita. Namun sayangnya adalah bahwa sukacita pernikahan itu bagi beberapa orang merupakan puncak dan setelah itu dengan berjalannya perkawinan sukacita cinta itu memudar berubah menjadi konflik, beban dan kesedihan. Kita lupa berpesta menikmati perkawinan, karena kita sibuk bekerja dan dengan urusan kita masing-masing. Atau kita menanggalkan pakaian pesta dalam perkawinan itu di almari.
Sukacita hari pernikahan seharusnya menjadi sukacita awal yang akan terus akan kita rasakan dan terus meningkat ketika kita tidak menanggalkan pakaian pesta. Sukacita perkawinan itu akan mengantar kita sampai kepada puncak pengalaman rohani yaitu sukacita perkawinan surgawi.
Secara konkret, menerima undangan pesta dan mengenakan pakaian pesta dalam perkawinan itu berarti memberikan kualitas-kuantitas waktu dan bersukacita bersama sebagai suami isteri dan sebagai keluarga. Sukacita cinta perkawinan harus dirawat dan dipupuk secara rutin melalui pola hidup sehari—hari suami isteri : dialog, kemesraaan dan doa; juga melalui hidup berkomunitas dan pengayaan perkawinan seperti retret dan rekoleksi yang ditawarkan oleh gereja.
Kontemplasi
Gambarkanlah bahwa sukacita perkawinan adalah gambaran dari Kerajaan Surga.
Refleksi
Bagaimana aku merawat dan menumbuh kembangkan sukacita cinta perkawinan itu dalam relasiku dengan pasangan dan dengan keluargaku?
Doa
Ya Bapa, semoga kami dengan tekun merawat sukacita perkawinan ini dengan ketekunan kami membina diri dalam perkawinan dan hidup berkeluarga. Amin
Perutusan
Aku mengenangkan kembali sukacita perkawinan dengan pasangan dan mereevaluasi cara-cara bagaimana sukacita perkawinan itu selalu hadir dan berkembang dalam keluargaku.
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)