Home BERITA Lentera Keluarga – Stefanus, Protomartir

Lentera Keluarga – Stefanus, Protomartir

0

Tahun A-2. Minggu Paska III

Selasa, 28 April 2020

Bacaan: Kis 7:51-8:1a; Mzm 31:3cd-4.6ab.7b.8a.17.21ab; Yoh 6:30-35.

Renungan: 

STEFANUS adalah salah satu diakon keturunan Yahudi berbudaya dan berbahasa Yunani. Kematian Stefanus merupakan awal dari masa kemartiran pewarta-pewarta iman. Stefanus menjadi martir dengan hukuman rajam a la Yahudi. Keberanian dan ketegasan kata-kata yang diucapkan membawa amuk Mahkamah Agama. Mahkamah Agama yang menjaga kehidupan berubah menjadi tempat dimana kekerasan dan kematian itu terjadi.  Keutamaan Stefanus teteap teguh dan iapun melakukan sama seperti yang dilakukan Tuhan yaitu pengampunan. Tokoh baru ditampilkan sebagai “yang menyetujui” hukuman Stefanus yaitu Paulus, dimana saksi-saksi meletakkan jubah mereka kepadanya supaya mereka tidak terbebani karena hukuman itu. Stefanus meninggal tanpa pengadilan yang benar dan karena amuk masa yang diprovokasi oleh saksi palsu. 

Tuduhan palsu, ketidakadilan, kekerasan dan amuk masa adalah tanda kejahatan yang harus berani dihadapi oleh para pewarta iman. Namun semangat itu tidak perlu mengecilkan hati kita. Kekristenan berkembang dengan banyak darah martir yang tidak melakukan kejahatan apapun, tetapi justru menjadi korban kejahatan dengan tuduhan melakukan kejahatan. Betapa berharganya iman kita. Jika tidak ada mereka, kekristenan ini tidak akan sampai kepada kita. Tongkat estafet diberikan kepada kita pada jaman kita sekarang ini. Dalam semangat kemartiran yang sama, kita meneruskan tongkat itu kepada anak cucu kita. Dan kesaksian itu harus berciri sosial tidak cukup diranah personal saja. 

Masa pandemi menjadi kesempatan kita untuk memberikan kesaksian sosial. Gereja menjadi tempat yang paling tertib untuk tidak mengadakan pertemuan besar dan ibadah di rumah. Bantuan-bantuan gerejapun dikelola tepat sasaran dan menyentuh banyak aspek kebutuhan. Di tingkat lingkungan kitapun harus bergerak untuk support keluarga yang berkekurangan dan terdampak, mereka yang harus diisolasi mendiri dan kehidupan bagi para pengembara yang tidak punya tempat berteduh dan pekerjaan.  Inilah semangat kemartiran kita jaman sekarang. 

Kontemplasi:

Gambarkan bagaimana kegigihan dan keindahan hidup Stefanus berhadapan dengan tuduhan palsu, ketidakadilan, kekerasan dan amuk masa yang ia alami. 

Refleksi:

Bagaimana aku mewujudkan semangat kemartiran iman itu pada masa pandemi ini?

Doa:

Ya Bapa, semoga iman kristen tidak hanya kami warisi dengan syukur tetapi kami teruskan dengan semangat kemartiran yang sama. 

Perutusan:

Caring dan sharing kepada keluarga-keluarga di sekitar anda. 

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version