Selasa, 10 Juli 2018.
Bacaan: Hos 8:4-7.11-13; Mzm 115:3-4.5-6.7ab-8.9-10; Mat 9:32-38
Renungan:
SALAH satu hal yang memprihatinkan Hosea melihat efek dari kemakmuran bangsa Isreal adalah bahwa Israel berbalik pada Allah dengan menyembah berhala dan kalaupun mereka mendirikan mezbah, ibadat mereka palsu. Mereka meninggalkan pengajaran Allah dan tidak lagi mengenal ajaran itu. Bangsa Israel melalaikan hidup imannya.
Kemakmuran dan kemapanan hidup dapat menggeser hidup umat dari iman yang diwariskan para leluhur kita. Tuhan yang seharusnya kita sembah, kita gantikan dengan “dewa-dewi” kekayaan, kemakmuran dan kesenangan hidup. Katekese dan kebiasaan iman semakin dilupakan oleh gaya hidup, kesibukan dan kenikmataan. Ibadat-ibadat menjadi sebuah kebiasaan yang dihayati tanpa makna. Dan jika pengalaman ini terus menerus berlangsung, maka hidup kitapun akan kembali lagi kepada pengalaman “mesir”, jatuh dalam belenggu dosa dan kehancuran.
Peringatan Hosea menjadi peringatan bagi kita untuk kembali lagi memperhatikan hidup beriman dan kebiasaan iman; menempatkan Allah sebagai pusat hidup. Apa yang kita tabur hari ini menentukan bagaimana hidup kita kemudian. Jikalau kita meninggalkan Tuhan, maka juga kita akan semakin jauh dari Tuhan dan berkatNya; Jika kita membawa kebiasaan iman yang benar dalam hidup kita, maka kitapun semakin dekat dengan Tuhan dan dengan berkat-berkatNya.
Kontemplasi
Gambarkan bagaimana kemapanan bangsa Israel menggeser hidup iman.
Refleksi
Apakah aku masih menempatkan Allah sebagai pusat hidup keluargaku dan mewariskan pengajaran-kebiasaan iman yang benar di dalam keluargaku?
Doa
Ya Bapa, semoga kami dan keluarga kami senantiasa menempatkan Engkau sebagai pusat hidup kami.
Perutusan
Wariskan kepada keluarga anda kebiasaan dan pengajaran iman yang benar
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)