Kamis, 14 Juli 2022
- Yes. 26:7-9,12,16-19.
- Mzm. 102:13-14ab,15,16-18,19-21.
- Mat. 11:28-30.
“BEKERJA keras adalah bagian dari fisik, bekerja cerdas merupakan bagian dari otak, sedangkan bekerja ikhlas ialah bagian dari hati.” — Susi Pujiastuti.
Lelah dan capek dirasakan oleh orang yang bekerja. Kita bisa memaklumi, jika ada orang yang telah bekerja keras mengeluh kondisi dirinya yang lelah dan perlu istirahat.
Namun kita tidak terlalu simpati pada orang yang tidak bekerja apa pun lalu menyampaikan keluhan bahwa badannya sakit semua, capai.
Memang bisa demikian rasa capek bisa menghinggapi semua orang, orang yang tidak bekerja pun bisa merasa lelah hati, pikiran dan akhirnya badannya terasa lelah juga.
Karena meski kita tidak bekerja apa pun secara fisik, namun pikiran dan hati tanpa terkontrol nglambrang kemana-mana, tak kenal waktu, hingga siang di pakai tidur malam jadi tidak bisa tidur.
Seorang imam mengeluhkan teman komunitasnya yang maniak dengan komputer. Waktu-waktunya setiap hari digunakan di depan laptop untuk banyak hal yang kurang mendukung karya pelayanan.
Hingga sering kali semua tugas pelayanan disesuaikan dengan jadwal dan kesibukan dia dengan komputernya.
Hidup diwarnai dengan kopi, rokok, dan laptop hingga tidak kenal waktu.
Dia bukannya menjadikan tugas pelayanan sebagai tujuan utama keberadaan dia di tempat misi tersebut melainkan hobi dan kebutuhan dirinya yang diutamakan.
Umat hanya mendapatkan sisa-sisa tenaganya dalam mengarungi jagad internet.
Kehadiran di tengah-tengah umat hanya selingan karena iatirahat dari game di layar komputer.
Namun ketika evaluasi, dan rapat dengan dewan paroki dia banyak mengeluh lelah dan capek.
Dia menggunakan tenaga phisik, pikiran dan hati dengan cara yang salah. Kelelahan dia adalah kelelahan yang sia-sia.
Sedangkan teman yang selalu mem-back up pekerjaan dia, tidak merasa lelah, dia jalani dengan pikiran dan hati yang jernih dan penuh sukacita. Meski demikian dia pantas jika mengambil waktu istirahat.
Dia mensyukuri keadaan dirinya yang dikaruniai kesehatan hingga bisa bekerja dengan setulus hati.
Dengan rasa syukur yang ada dalam hati kondisi dan suasana kerja apa pun tidak mudah membawanya terbawa arus.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan”
Ketika kita menjalani kehidupan yang berat entah karena tanggungjawab pribadi atau karena akibat polah orang lain, beban hidup seakan melekat dalam hidup kita.
Beban kehidupan apapun yang kita tanggung akan selalu bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk dapat selalu bertumbuh dalam kehendak Allah,
Asal kita berani datang kepada Yesus yang menawarkan kelegaan kepada kita yang telah berjuang memikul beban dalam hidup ini.
Dalam Kristus kita menemukan kelegaan atas beban berat kehidupan kita. Beban kehidupan itu menjadi ringan.
Bahkan beban yang kita miliki itu, bisa menjadi kesempatan bagi kita untuk selalu bertumbuh dalam iman.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku punya kebiasaan berdoa, ketika beban hidup terasa berat?