Home BERITA Relikui Salib Yesus dan Secuil Taplak Perjamuan Terakhir di Gereja Katedral St....

Relikui Salib Yesus dan Secuil Taplak Perjamuan Terakhir di Gereja Katedral St. Stephen Wina, Austria

2
Gereja Katedral St. Stefanus Wina, Austria tampak dari samping. Gereja St. Stephen's Cathedral atau Stephansdom ini dibangun tahun 1137; menjadi landmark Kota Wina, Austria (Dok. Roswita Oktavianti)

ST. Stephen’s Cathedral atau dalam bahasa lokalnya Stephansdom ini berada di Alun-alun Stephansplatz. Gereja in merupakan ikon Ibukota Wina, Austria. Terletak strategis di jantung kota, bangunan gotik bergaya Romawi dengan tower menjulang tinggi ini membuat Stephansdom kerap menjadi titik awal turis mengeksplorasi pusat kota Wina.

Tur Gereja Katedral St. Stefanus Wina di musim panas

Musim panas, 16 Juli 2024, Sr. Bene Xavier, perempuan Indonesia yang sudah dua tahun terakhir ini aktif berkarya di Stephansdom, berprakarsa mengajak beberapa warga Kristen di Wina untuk mengikuti Domführung (Tur Katedral).

Rombongan bisa mendekati dan memasuki beberapa ruang di gereja­ – seperti sankristi, altar, galeri, kapel, makam, katakombe, hingga menara gereja – yang biasanya diperuntukkan bagi grup terbatas.

Gereja St. Stephen Katedral Wina, Austria tampak dari depan. ((Dok. Roswita Oktavianti)

Santo Stefanus pelindung gereja katedral

Sr. Bene memberi makna pada sejumlah patung, lukisan, dan ornamen di setiap sisi gereja. Lukisan Santo Stefanus, yang namanya diabadikan sebagai pelindung gereja katedral ini dan Keuskupan Agung Wina berada di belakang altar utama.

Martir pertama gereja itu digambarkan tengah dilempar batu, namun dilindungi Yesus dan para kudus di surga. Lukisan itu diapit empat patung santo pelindung yaitu Leopold, Florian, Sebastian, dan Rochus, dengan puncaknya adalah sosok Perawan Maria.  

Relikui Santo Stefanus juga berada dalam tujuh lilin berlapis emas tepat di depan lukisan dan di belakang kursi kardinal. “Maka kardinal meminta kursinya bening atau transparan agar tidak menghalangi pandangan umat yang ingin melihat relikui tersebut,” kata Sr. Bene.

Lukisan “The Stoning of St. Stephen” dan lilin relikui Santo Stefanus diapit empat patung santo pelindung (Dok. Roswita Oktavianti)

Di sebelah kanan dan kiri altar utama terdapat makam Raja Frederik III yang berjasa membangun Keuskupan Wina dan Wiener Neustadt Altar, pemberian Raja Frederik IV. Altar bersayap empat tertua yang masih dilestarikan di Austria ini memiliki panel tabernakel bermotif jenazah Yesus pada kain turin. Ukiran-ukiran emas di dalamnya melambangkan peristiwa gembira; akan ditutup pada masa Prapaskah dan Adven.

Stephansdom ini sudah dua kali mengalami kehancuran lantaran insiden kebakaran dan perang. Gereja Katedral Wina ini memiliki enam kapel dan delapan belas altar. Kapel Santo Valentinus menyimpan ratusan relikui bernilai tinggi seperti tulang belulang Santo Valentinus, Santo Stefanus, Tiga Raja dari Timur, sepotong taplak meja Perjamuan Terakhir, dan sebagainya. Namun sayangnya, kapel ini tidak terbuka untuk umum.

Rombongan kemudian diajak melihat relikui di dalam sakristi. Di sana terdapat patung Yesus di salib dengan kayu di bagian perut. “Kayu di dalam perut tersebut merupakan relikui salib yang digunakan untuk menyalibkan Yesus,” demikian kata Sr. Bene.

Dalam salah satu sankristi Gereja Katedral Wina Stephansdom terdapat patung Yesus dengan bagian perut terdapat relikui kayu salib yang digunakan untuk menyalibkan Yesus (Dok. Roswita Oktavianti)

Di dalam Kreuzkapelle atau The Chapel of the Cross terdapat makam Pangeran Eugene of Savoy, panglima tertinggi Kekaisaran Romawi. Musisi terkenal Austria, Wolfgang Amadeus Mozart, juga pernah dimakamkan di sini. Kapel yang terletak di utara dekat pintu masuk ini menyajikan kisah menarik.

“Di dalam Kreuzkapelle terdapat salib Yesus yang janggutnya terbuat dari rambut asli dan selalu bertambah panjang meskipun sudah dipotong,” ujar Sr. Bene sambil mempersilakan kami melihat salib yang dimaksud.

Makna di balik Patung La Pieta

Sementara itu, Lukisan Maria Pötsch di mana Maria menggendong bayi Yesus dengan tangan kiri selalu dipadati pendoa. Maria menunjuk bayi Yesus yang berarti “Dialah Penyelamat Dunia”, sementara bayi Yesus memegang tiga mawar melambangkan Tritunggal Mahakudus.

“Ikon Maria Pötsch ini pernah dua kali mengeluarkan airmata dan mukzizat kemenangan terjadi, karena pemimpin perang berdoa kepada Maria lewat perantaraan ikon Maria Pötsch,” kata Sr. Bene yang juga bertugas menjadi koster di Deutschordenskirche, dekat dengan lokasi Stephansdom.

Bene Xavier menjelaskan makna replika patung La Pietà, Bunda Maria memangku Yesus, yang berada di dalam katakombe -ruang bawah tanah Gereja Katedral Stephansdom Wina, Austria. (Dok. Roswita Oktavianti)

Di dalam katakombe, ruang bawah tanah yang terletak persis di bawah katedral, terdapat replika Patung La Pietà, makam uskup dan raja-raja, serta tulang-belulang 16.000 jenazah yang dulunya dimakamkan di halaman gereja. “Tulang belulang manusia ini menjadi pengingat bagi kita manusia bahwa tidak ada yang abadi, hidup kita akan berakhir, maka manusia tidak boleh lupa diri,“ ujar Sr. Bene yang fasih berbahasa Jerman.

Rombongan keluarga Kristiani Indonesia di Wina, Austria, usai mengikuti Tur Stephansdom yang dipandu Sr. Bene Xavier dalam posisi jongkok kanan. (Dok. Yuri Haloho)

Sri, salah satu peserta, sudah berada di Austria sejak 1985 dan sering mengikuti misa di Stephansdom, namun belum pernah melihat setiap sudut gereja dari jarak dekat. Begitu pula pasangan suami-isteri, Sahala dan Lenny, yang sudah tinggal di Wina sejak 1970. Terakhir, mereka melihat katakombe Stephansdom 30 tahun lalu bersama anak-anaknya. “Bedanya sekarang, penjelasan diberikan dengan menggunakan bahasa Indonesia,” kata Lenny.

Tur berakhir dengan menikmati pemandangan Kota Wina dari menara utara katedral. Di sini, pengunjung bisa melihat jelas genting katedral berwarna-warni dan lonceng Pummerin.

Lonceng raksasa dengan berat 21 ton dan diameter 3,14 meter ini hanya dibunyikan pada upacara atau peristiwa khusus. Sementara, menara selatan memiliki puncak tertinggi, ditujukan bagi pengunjung yang ingin mendaki dengan jumlah 343 anak tangga.

Roswita Oktavianti, mahasiswa Indonesia di Wina, Austria

2 COMMENTS

  1. Bagus banget tulisan nya adek Roswita.
    Terimakasih buat artikelnya, semakin memperdalam iman Katolik saya dan semakin bersyukur terlahir menjadi penganut Katolik hingga sekarang.

    Salam saya,
    Lidwina Anitei

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version