Home BERITA Lubuk Tengah di Balai Karangan – Kalbar, Permukiman Mungil di Tapal Batas...

Lubuk Tengah di Balai Karangan – Kalbar, Permukiman Mungil di Tapal Batas Indonesia-Malaysia

1
Pos PAMTAS (pengamanan batas Indonesia-Malaysia) di Dusun Lubuk Tengah, Kec. Sekayam, Kab. Sanggau, Kalbar (Sr. Maria Seba SFIC)

PULKAM (pulang kampung) selalu menjadi momen yang  menarik bagi siapa saja. Seribu macam kisah menarik menjadi ‘bumbu penyedap’ ketika bernostalgia di kampung halaman.

Meskipun kadang harus menempuh jalan darat yang cukup lama, namun semua rasa capai bisa terbayarkan dengan nuansa alam yang memukau, udara segar jauh dari polusi dan kebisingan serta kearifan lokal khas kampung yang luar biasa.

Paroki St.  Paulus Rasul Balai Karangan

Pulang kampung menjadi semacam refreshing, menimba kekuatan baru dari sentuhan alam nan elok.

Di artikel kali ini, penulis ingin berbagi sepenggal kisah menarik ketika menyusuri kawasan kampung mungil di tapal garis perbatasan Indonesia-Malaysia.

Saya  berasal dari salah satu paroki di wilayah Keuskupan Sanggau (Kalimantan Barat),  yaitu Paroki Santo Paulus Rasul – Balai Karangan.

Pusat paroki terletak di Desa Balai Karangan yang berjarak tempuh sedikitnya empat jam perjalanan darat dengan mobil dari Ibukota Pontianak, Kalbar.

Secara administratif pemerintahan, Balai Karangan ini  masuk  wilayah Kecamatan Sekayam, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.

Lokasinya  persis berbatasan langsung  dengan Serawak, Malaysia Timur. Tapal batas ke dua negara dipisahkan oleh pegunungan.

Mgr. Giulio Mencuccini CP, Uskup Keuskupan Sanggau – Kalbar saat peresmian Gereja St. Yosep dan penerimaan Sakramen Krisma. (Ist)

Paroki ini  resmi berdiri 14 Desember 2002 dan memiliki sekitar 50-an lebih stasi. Salah satunya Stasi di Dusun Lubuk Tengah.  

Lubuk Tengah, permukiman mungil di tapal batas

Mengapa penulis tertarik untuk berbagi kisah mengenai dusun Lubuk Tengah yang terpencil berada dibawah kaki gunung ini?

Pemandangan hijau oleh hamparan sawah di sepanjang jalan (Sr. Maria Seba SFIC)

Hal ini karena dusun kecil  mencatat jumlah penduduk kurang lebih hanya  100 KK. Yang menarik lagi, mereka ini mempunyai keistimewaan yang cukup unik.

  • Pertama, secara geografis, desa permukiman mereka  menjadi desa terakhir yang menjadi  pemisah jarak antara wilayah Indonesia dan Malaysia.
  • Untuk bisa sampai ke wilayah teritorial negeri tetangga, kita hanya waktu sekitar sejam dengan berjalan kaki mendaki gunung. Cukup dekat bukan?
  • Oleh karena itu, tidak heran bahwa dusun mungil ini kemudian dijuluki ‘pintu gerbang keluar-masuk’  Malaysia-Indonesia,  lantaran jaraknya yang sangat dekat dengan garis tapal batas Indonesia dengan negeri jiran Malaysia.
  • Masyarakat setempat lebih sering bertransaksi jual-beli ke tetangga ketimbang ke wilayah negeri sendiri.
  • Dengan alasan ekonomi pula, para pemuda yang mulai menginjak  usia dewasa pada umumnya lebih tergiur pergi melancong mengadu nasib ke Malaysia.
  • Jarak yang sangat dekat juga menjadi alasan yang potensial untuk terjadinya relasi perkawinan campur beda negara.
Bapak Uskup Keuskupan Sanggau Mgr. Giulio Mencuccini CP memberi Sakramen Krisma kepada umat Stasi Dusun Lubuk Tengah – Paroki  St. Paulus Rasul Balai Karangan. Lubuk Tengah adalah sebuah  permukiman desa mungil di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia di Kalimantan Barat. (Ist)

Sejam dari Balai Karangan

Perjalanan menuju Dusun  Lubuk Tengah di Balai Karangan lumayan gampang dan bisa dijangkau. Lokasinya  bisa ditempuh dengan kendaraan roda empat, sekitar sejam dari pusat paroki.

Di sepanjang perjalanan memasuki kawasan dusun ini, aura dan pesona alam nan asri mulai terasa. Mata para pengunjung akan dimanjakan dengan pemandang segar ketika melihat hamparan sawah luas nan hijau tertata apik di sepanjang jalan.

Pegunungan yang menjulang gagah nan elok, dan hutan lebat dengan pohon-pohon besar yang masih dihuni bermacam-macam flora dan fauna. Serta terdengar juga bunyi gemericik air jernih mengalir dari celah bebatuan besar tak kalah menarik perhatian.

Romo Marselinus Ariyanto OFMCap berpastoral di Paroki St. Paulus Rasul Balai Karangan (Yose Park)

Lapor ke Pos Pamtas

Sebelum memasuki area dusun Lubuk Tengah ini, para pengunjung harus melapor ke Pos PAMTAS (Pengamanan Batas Indonesia-Malaysia) yang dijaga ketat oleh oknum TNI. Bagi pengunjung domestik luar pulau (Kalimantan), Anda cukup menunjukkan KTP (Kartu Tanda Penduduk) saja maka anda akan diperbolehkan masuk. 

Gereja St. Yosep di atas bukit

Selain pantas dijuluki unik lantaran posisinya  secara geografis  menjadi pemisah jarak antara Indonesia dan Malaysia, Balai Karangan punya keistimewaan lain.  Yakni, dusun permukiman ini memiliki bangunan gereja cukup megah di atas bukit.

Gereja St. Yosep di Dusun Lubuk Tengah (Sr. Maria Seba SFIC).

Uniknya, ketika posisi berada di atas sekitaran gereja, kita bisa melihat hampir semua rumah penduduk dengan pemandangan gunung serta hutan belantara yang indah.

Gereja ini diresmikan oleh Mgr. Giulio  Mencuccini CP (Uskup Keuskupan Sanggau) pada tanggal 24 November 2017 yang lalu dengan mengambil nama pelindung St. Yosep.

Bapak Uskup Keuskupan Sanggau Mgr. Giulio Mencuccini CP bersama umat katolik di Stasi Dusun Lubuk Tengah. (Ist)

Gereja St. Yosep bisa menampung sekitar 200-an umat. Desain interior yang bernuansa motif Dayak ini menghabiskan biaya dengan  pembangunan 650 juta rupiah.

Dana tersebut berasal dari sumbangan umat berjumlah Rp 300 juta, dari paroki Rp 100 juta, dari donatur Rp 150 juta rupiah dan dari  phak lainnya sebesar Rp 100 juta.

Di acara pemberkatan Gereja St. Yosep Dusun Lubuk Tengah, Mgr. Julius juga menerimakan Sakramen Krisma kepada  115 orang.

Mgr. Giulio Mencuccini CP bersama para penerima Sakramen Krisma. (Ist)

Dalam sambutannya, Mgr. Giulio Mencuccini  CP  berpesan kepada seluruh umat agar menjaga dan merawat gereja ini dengan baik, “Bukan hanya bangunannya yang dirawat, tetapi iman umatnya juga. Jangan sampai gereja yang megah ini jadi kosong,” lanjut Uskup.

Terkait dengan pembinaan iman umat, penulis sempat berjumpa dengan salah satu OMK asal Ambarawa – Kabupaten Semarang, Jateng. Ia datang  bersama beberapa teman OMK lainnya dan  menyempatkan diri hadir di tengah umat guna berbagi pengalaman terkait dengan pengembangan SDM dan bina iman umat.  (Berlanjut)

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version