Puncta 06.07.21
Selasa Biasa XIV
Matius 9: 32-38
NATAL 2017 tak mungkin terlupakan. Semua jadwal sudah teratur rapi. Tiba-tiba sehari sebelum malam Natal, pastor kepala sakit migren sampai muntah-muntah.
Harus dibawa ke rumah sakit di Pontianak.
Jadwal turne Natal menjadi kacau. Mencari bantuan romo sudah tidak mungkin. Waktu sudah mepet dan jarak tempuh sangat jauh.
Sendirian saya mengatur jadwal turne ke stasi. Malam Natal ada dua misa di gereja paroki dan di Stasi Gerai.
Natal pagi ada enam kali misa: gereja paroki, Bukang, Banjur, Otong, Merangin, dan Baya Keranji.
“Kami siap menunggu sampai romo datang, kami ingin bisa Misa Natal,” kata umat di stasi-stasi. Jarak dari stasi satu ke stasi lain lumayan jauh.
Sehari itu saya misa enam kali.
Misa terakhir di Stasi Otong sudah larut malam. Suara dan tenaga sudah habis. Rasanya seperti mau mati berdiri.
Umat tetap semangat, menunggu dengan sabar. Tidak mau mengecewakan mereka, penfutusan harus tetap dijalankan.
Sulit mencari bantuan imam, kalau tugas di pedalaman.
Semua harus bisa dilakukan sendiri.
Pulang sampai pastoran waktu sudah berpindah menuju hari Selasa. Waktu itu Natal jatuh pada hari Senin.
Sabtu dan Minggu untuk misa minggu Adven IV.
Minggu sore sudah misa malam Natal.
Senin dari pagi sampai larut malam misa Natal di stasi-stasi dan pulang ke pasturan sudah Selasa dini hari.
Harus simpan tenaga karena masih banyak stasi harus dilayani. Saya masih harus pergi turne Natal di Stasi Pantan, Natai Pemocah, Sei Dua, Sibori, Mentawa Biring, Kembera, Batu Daya sampai Januari 2018. Sendirian lagi.
Matius bercerita bagaimana Yesus berkeliling ke semua kota dan desa. Ia mengajar dan mewartakan Injil Kerajaan Allah serta menyembuhkan orang sakit.
Ada begitu banyak orang yang haus akan sabda Tuhan.
Umat membutuhkan gembala jiwa. Maka Yesus berkata kepada murid-murid-Nya;
“Tuaian memang banyak, tetapi sedikitlah pekerjanya. Mintalah kepada tuan yang empunya tuaian, supaya ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuian itu.”
Bulan Juni KAS menambah dua imam tahbisan baru. Itu pun tidak sebanding dengan pertambahan umat. Apalagi kalau melihat pelayanan di keuskupan-keuskupan di luar Jawa.
Maka sabda Yesus itu tetap relevan bagi kita. Keluarga-keluarga diminta mengirim putra-putrinya untuk menjadi pekerja di ladang Tuhan.
Siapkah anda diutus menjadi pekerja?
Aku rindu durian kalimantan.
Rasanya legit tak bisa dijelaskan.
Tiada hari yang membahagiakan,
Saat kita bisa melayani Tuhan.
Cawas, tetap semangat dan ceria….