Home BERITA Mabuk

Mabuk

0
Ilustrasi - Mengalami doa tak berguna. (Ist)

Renungan Harian
Kamis, 17 Maret 2022
Bacaan I: Yer. 17: 5-10
Injil: Luk. 16: 19-31
 
BEBERAPA
waktu yang lalu, saya terlibat dalam sebuah pembicaraan yang seru dan luar biasa dengan beberapa teman. Pembicaraan ini menjadi seru dan menarik bermula dari kritik seorang teman tentang kotbah pastor.

“Wan, kalau saya mendengar kotbah para pastor, banyak yang saya tidak setuju. Kotbah para pastor itu amat normatif, suci, mengawang-awang dan memabukan. Kotbah-kotbah itu meninabobokan orang sehingga tidak bergerak.
 
Wan, berhadapan dengan situasi konkrit yang dihadapi umat setiap hari, penyelesaiannya bukan doa dan ibadat, tetapi bekerja keras.

Doa dan ibadat tidak menyelesaikan persoalan-persoalan itu.

Kalau semua persoalan hidup sehari-hari dapat selesai dengan diserahkan pada Tuhan, maka tidak akan ada persoalan lagi.

Jangan mengajak umat untuk berdoa, berpasrah dan berserah tetapi ajak umat untuk bekerja keras.
 
Semua persoalan hidup saya dapat selesai bukan karena berpasrah dan berserah dalam doa dan ibadat.

Saya bekerja keras, saya berjuang, saya jatuh bangun dengan segala daya yang ada padaku.

Jujur ya Wan, aku tidak pernah berdoa, tidak pernah ke gereja tetapi saya bisa menyelesaikan semua persoalan dan tantangan hidup.

Sori Wan, bukan karena saya mau sombong, tetapi kamu bisa lihat sendiri apa yang sekarang saya capai dan saya nikmati bukan hasil berdoa dan ibadat.

Kalau saja saya mengikuti kotbah-kotbah pastor, mungkin saya tidak akan sampai seperti ini,” kata teman saya.
 
“Dul, pernah gak kamu merasakan dalam perjuangan dan kerja keras kamu merasa mentok, tidak tahu apa yang harus dibuat, merasa tidak berdaya?” tanya seorang teman lain.

“Ya, pasti pernahlah,” jawab teman tadi.

“Terus apa yang kamu buat?” tanya lagi.

“Frustasi, bingung kadang marah, tidur, pernah juga sih kepikiran mau bunuh diri,” jawabnya.

“Dul, kalau memahami doa dan ibadat; pasrah dan berserah itu bisa mengatasi semua persoalan hidup, maka saya setuju dengan pendapatmu.

Kalau kotbah pastor hanya sebatas mewartakan doa dan ibadat bisa menyelesaikan persoalan hidup, saya setuju bahwa itu memabukkan. Dul, seperti yang kamu tahu, aku bekerja keras dan berjuang luar biasa untuk hidupku, namun aku tidak pernah meninggalkan doa dan ibadatku untuk pasrah dan berserah.
 
Dul, dengan aku berpasrah dan berserah, aku menggantungkan hidupku pada penyelenggaraan ilahi dan belas kasih-Nya. Memang semua itu tidak menyelesaikan semua persoalan hidupku, tetapi membuat aku selalu berdaya untuk menghadapi semua persoalan hidupku.

Saat aku mentok, tidak berdaya dan tidak tahu apa yang harus kubuat, aku sadar akan keterbatasanku dan aku sadar sepenuhnya ada Dia yang aku membuatku berdaya.

Saat aku terpuruk tidak membuat aku putus asa, saat aku tidak tahu apa yang harus kubuat dan apa yang akan terjadi esok, tidak membuat aku kehilangan harapan. Karena aku yakin Dia yang pada-Nya aku berserah dan pasrah tidak akan meninggalkan aku dan membiarkan aku dalam kesulitanku.

Sori Dul, itu penghayatanku. Dengan semua itu membuat hidupku jauh lebih bahagia,” teman itu menjelaskan.
 
“Makasih ya, penjelasannya mungkin itu yang kurang kumengerti sehingga kadang aku merasa kering dan harus mencari pelarian,” jawab temanku setelah pembicaraan dan perdebatan yang cukup panjang.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan dalam Kitab Yeremia:

“Orang yang mengandalkan Tuhan seperti pohon ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik; ia seperti pohon yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version