BEBERAPA hari setelah kemerdekaan Indonesia digaungkan, seorang ibu naik bis umum. Saat sang kondektur memintanya membayar tiket, ibu itu berkata, “Sudah merdeka kok masih bayar tiket.”
Sang penumpang berpikir bahwa merdeka itu berarti memperoleh sesuatu untuk diri sendiri. Pandangan itu berlawanan dengan tujuan kemerdekaan. Orang itu merdeka agar bisa memberi.
Merdeka itu bukan hanya bebas dari, melainkan juga bebas untuk.
Pada misa hari raya kemerdekaan Indonesia, kita mendengarkan injil Matius 22:15-21. Di sana, diwartakan tentang membayar pajak kepada kaisar (Matius 22:17).
Jawaban Yesus menegaskan perlunya memberi. “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Matius 22:21).
Para pengikut Kristus yang telah dibebaskan dari dosa dan hidup sebagai warga Kerajaan Surga tetap terikat dua kewajiban penting.
Pertama, tanggung jawab sosial sebagai warga negara. Mereka mesti berkontribusi dalam membangun masyarakat dunia..
Kedua, tanggung jawab kepada Allah, yakni memberikan kepada Tuhan yang telah mereka peroleh dari-Nya.
Orang-orang Kristen sudah sungguh merdeka. Mereka dipanggil untuk menggunakan kemerdekaan itu untuk berbuat baik (1 Petrus 2:16). Mereka mesti memberi hormat kepada pemimpin masyarakat (1 Petrus 2:17).
Indonesia sudah merdeka selama tujuh puluh delapan tahun. Apakah yang telah kita berikan kepada bangsa dan negara Indonesia? Tuhan juga memberikan negeri yang kaya raya, tanah yang subur, dan lautan yang luas.
Kontribusi apakah yang telah kita berikan untuk membuat semua anugerah itu bermanfaat maksimal bagi umat manusia?
Kembali ke alinea pertama. Kemerdekaan itu tidak dimaksudkan untuk melepaskan diri dari tanggung jawab. Sebaliknya, kebebasan itu hendaknya digunakan sebagai sarana untuk mengabdi dan memberi.
Kamis, 17 Agustus 2023
Hari Raya Kemerdekaan