Saya pernah tinggal satu tahun di suku Muyu, pedalaman Merauke. Saya heran ada seorang guru asli Manado yang jatuh cinta dengan orang pedalaman. Dia mengatakan bahwa perjumpaan yang terjadi setiap hari membuat dirinya tergetar hatinya dan kini mereka berdua sudah membangun bahtera cinta.
Ada juga seorang karyawan, gadis yang bertugas di ruang receptionist pada sebuah perusahaan. Gadis ini pada awalnya “tidak ada hati” sama sekali terhadap seorang duda tua yang datang ke kantor melewati meja penerima tamu.
Perjumpaan setiap hari di awal pagi membuat kedua anak manusia itu tergetar. Kemudian sang duda berkata, “Memang ada kata romantik yang berbunyi: first love never dies, tetapi perjumpaan-perjumpaan yang kami alami semakin membuat cinta kami bersemi dan bertumbuh.”
Perjumpaan-perjumpaan masa lalu, seperti masa sekolah maupun masa-masa bermain meninggalkan kesan yang mendalam. Masa pendidikan dan pembinaan bagi para murid adalah masa yang amat berat. Pengalaman dimarahi guru dan mendapat nilai merah membuat murid menjadi marah kepada gurunya. Bahkan beberapa guru dan dosen dijuluki killer. Namun setelah murid-murid ini menjadi “orang” dan berjumpa dengan sang guru, pujian dan ucapan syukurlah yang disampaikan kepadanya.
Pengajaran yang keras dan kejam dari para guru dianggap sebagai grace in disguise. Mantan murid pun berkata, “Jika dulu kami-kami ini tidak dididik secara keras oleh bapak dan ibu guru, tentunya tidak akan menjadi orang seperti sekarang ini!”
Pengalaman masa lalu yang barangkali penuh duka itu pun terbayar tatkala melihat hasil yang kini sudah dinikmati. Peribahasa, “Kemarau setahun dibayar dengan hujan satu hari,� agaknya tepat untuk memahami makna ini. Ada rasa damai dan sejuk.
Sementara menulis artikel ini dari jauh terdengar lagu dangdut yang dilantunkan oleh Masyur Subhawannur. Syairnya kira-kira demikian, “Bukan perpisahan yang kutangisi, hanya perjumpaan yang kusesali. Hal yang pasti dari perjumpaan adalah perpisahan. Sebelum berjumpa kita harus menyiapkan diri untuk berpisah.
Terkadang, dua anak manusia yang telah berjumpa dan saling menyayangi entah karena sesuatu hal mereka harus berpisah. Laki-laki itu berkata lirih, mengutip kata-kata Rhoma Irama, “Kau yang mulai – kau juga yang mengakhiri. Kau yang berjanji – kau yang mengingkari” Tambahnya lagi dengan kata-katanya sendiri, “Kalau tahu begini, lebih baik dulu aku tidak jumpa!” selesai