Petugas pria setengah umur itu hanya berkata pendek. “Waktunya tinggal 10 menit sebelum loket pembelian karcis kereta api ini tutup. Kami akan libur panjang, karena ini menjelang Paska,” katanya ramah.
Saya sempat ragu memutuskan apakah perlu mengambil tiket reservasi SNCF –nama jawatan KA Perancis—menuju Toulouse atau tidak. Apalagi, telinga saya hanya sedikit-sedikit menangkap isi omongannya yang cenderung lemah karena sudah keburu ingin cepat-cepat menutup loket pembelian.
Dalam waktu dua menit, saya pun memutuskan menerima tawaran bapak yang ramah itu. Dia katakan, perjalanan menuju Stasiun KA Toulouse akan sampai selepas tengah malam dan kemudian bisa meneruskan perjalanan menuju Lourdes dengan bus malam. “Tak perlu bayar lagi naik bus itu,” katanya singkat dan itu cukup membuat saya tenang.
Marseille-Toulouse
Marseille menjelang malam adalah kota yang amat-amat sibuk. Di peron stasiun Marseille, ribuan orang berlalu-lalang mencari jalur kereta api menuju kota tujuan masing-masing penumpang. Saya sempat dibuat pusing menemukan line KA yang akan membawa rombongan kami menuju Toulouse.
Makan malam singkat di sebuah resto cepat saji di peron stasiun juga tak membuat saya tenang, ketika satu anggota rombongan kesulitan menemukan keberadaan kami karena “himpitan” kerumunan para penumpang. Belum lagi, siulan peluit dan pengumuman train dispatcher yang tanpa henti memberitahu keberangkatan setiap KA ikut membuat kami sedikit stres. Belum lagi bahasa Perancis teramat cepat diucapkan.
Untunglah, kami akhirnya menemukan line KA menuju Toulouse. Setelah berlarian memukan gerbong dimana kami harus berada, kami harus menerima “kepahitan” karena ternyata jadwal KA mengalami penundaan. Di luar sana gerimis sudah mulai berjatuhan.
Sejuknya Marseille pada awal April 2011 ternyata tak mampu mengobati rasa haus dan keringnya kerongkongan saya yang sejak lama menahan ketegangan. Mau turun gerbong, ada rasa was-was jangan-jangan KA akan segera berangkat. Tidak turun, haus membuat saya tersiksa.
Namun sepanjang sore itu, hati saya sangat terhibur oleh sapaan seorang malaikat bernama petugas penjualan tiket KA jalur internasional. Apalagi dia memberi kepastian saya bisa meneruskan perjalanan menuju Lourdes. Padahal, jam-jam sebelum sampai di Marseille, hati kami selalu dibebat oleh ketidakpastian apakah bisa sampai ke Lourdes atau tidak.
Menikmati suasana Paska di Eropa memang perlu perencanaan jauh. Kita harus melakukan reservasi tiket dan seat dan itu mutla agar jangan sampai antri berjam-jam hanya untuk memperoleh kepastian bisa mendapat tiket dan memperoleh reservasi seat apa tidak. Di Marseille yang sejuk itu, malaikat itu membisiki kami dengan sebuah pengumuman besar: “Anda bisa ke Lourdes melalui Toulouse dengan naik bus malam!”