Kita bertegur sapa, saling mengenalkan diri, berkat Pilipus Kobepa, gurumu dan sekaligus muridku. Semula kita adalah sama-sama orang asing. Aku tidak kenal kau dan sebaliknya kau pun tidak mengenalku. “Mama, ini saya punya guru,” kata Pilipus. Aku mengulungkan tanganku yang kau sambut ramah dan genggam erat. Kita berbagi senyum. “Ini sekarang saya punya guru,” katamu tentang Pilipus. Kemudian, kau berkisah bagaimana Pilipus mengajarimu membaca dan menulis sehingga sekarang kau bisa berkirim kabar.
Mama Dortea, izinkanlah aku sedikit untuk mengenang pertemuan siang itu. Kita berbagi cerita di antara orang yang lalu lalang. Di antara pekikan penjual yang menjajakan dagangannya.
Kemudian, Mama, kau berujar seandainya masih bisa menjadi muda, memutar waktu, sehingga kau bisa menjadi anak-anak, “Aduh.. saya masih ingin sekolah lagi. Saya masih ingin belajar.” Sayang, kau baru mendapatkan kesempatan untuk mengenal huruf dan angka ketika usiamu tidak lagi muda.
Tidak ada kata terlambat untuk belajar, Mama Dortea. Aku bangga dengan semangatmu untuk terus belajar.