Renungan Harian
Sabtu 03 April 2021
Hari Sabtu Suci (Vigili Paskah)
Bacaan I: Kej. 1: 1-2: 1
Epistola: Rom. 6: 3-11
Injil: Mrk. 16: 1-8
SANTO Ignatius Loyala dalam buku Latihan Rohani memberi bahan kontemplasi yang tidak bersumber dari Kitab Suci, yaitu Kontemplasi Penampakaan pertama Yesus sesudah bangkit kepada Bunda Santa Perawan Maria.
Dalam Latihan Rohani dikatakan: “Dia menampakkan diri kepada Perawan Maria, meskipun tak tersebut dalam kitab, kiranya orang tahu, karena disebutkan bahwa Dia telah menampakkan diri kepada begitu banyak orang lain. Kitab suci menganggap kita punya budi seperti tertulis: tiada berbudikah kamu?” (LR. 299).
Saya membayangkan Bunda Maria, yang amat sedih dalam kesendirian, masih terbayang bagimana Puteranya yang dikasihinya dihujat, dihina, disiksa dan disalibkan.
Masih terbayang bagaimana dirinya, memakamkan Puteranya dibantu saudara dan sahabat.
Duka yang amat mendalam menjadi derita yang luar biasa yang harus dialami.
Sebagaimana selalu digambarkan, Bunda Maria menyimpan segala perkara dalam hatinya, kiranya bunda Maria juga sedang menegaskan apa yang menjadi kehendak Allah dengan segala peristiwa ini.
Entah apakah ia menemukan jawabnya atau tidak.
Dalam suasana seperti itu, Yesus menampakkan Diri kepadanya. Bukan hanya seorang Putera yang menampakkan diri kepada ibunya. Tetapi lebih dari itu, Allah yang menampakkan diri pada umat yang setia kepada-Nya.
Bunda Maria mengalami kebahagiaan yang luar biasa. Namun dia tidak berteriak sorak-sorai. Ia menyimpan pengalaman syukur yang amat dalam, karena dia mengerti bahwa janji Tuhan terlaksana.
Ia mengerti akan makna seluruh penderitaan yang ditanggungnya, karena di balik semua penderitaan itu ada pengalaman kebahagiaan yang luar biasa. Bahwa Tuhan tidak pernah lupa akan janji-Nya.
Pengalaman bunda Maria, berjumpa dengan Puteranya yang sudah bangkit memberi makna mendalam akan arti duka dan derita. Karena setia pada janji Tuhan.
Pengalaman kebahagiaan dan syukur yang mendalam itu membebaskan Bunda Maria dari belenggu duka.
Bunda Maria tidak lagi terikat pada pilihan duka, derita atau bahagia, gembira. Tidak juga terikat pada pilihan hidup atau mati, kaya atau miskin. Akan tetapi pilihannya adalah setia pada Tuhan.
Bagaimana dengan aku? Adakah pengalaman kebangkitan Tuhan menjadikan aku sebagai orang bebas?