Home KITAB SUCI & RENUNGAN HARIAN Mari Tangkal Korupsi dengan Hidup Sederhana

Mari Tangkal Korupsi dengan Hidup Sederhana

0

“Marta engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara”
(Yun 3:1-10; Luk 10:38-42)

Berefleksi atas bacaan-bacaan serta mengenangkan pesta St.Fransiskus dari Assisi hari ini, saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai berikut:

St. Fransiskus dari Asisi antara lain dikenal sebagai anak orang kaya raya yang meninggalkan keluarga dan kekayaannya serta kemudian hidup miskin meneladan Yesus miskin dalam hal harta benda atau uang. Harta benda atau uang memang menimbulkan banyak perkara di dunia ini, serta membuat sibuk orang tanpa kendali sehingga mudah mengeluh dan menggerutu ketika kurang diperhatikan atau dihargai seperti Marta.

Hidup miskin yang dihayati Fransiskus dari Assisi merupakan penghayatan penyerahan diri kepada Penyelenggaraan Ilahi, dimana ia tidak hidup dan bertindak dengan mangandalkan diri pada harta benda atau uang, melainkan kehendak Tuhan atau Penyelenggaraan Ilahi. Keutamaan atau kaul kemiskinan adalah ‘benteng dan ibu’ hidup beriman atau berkaul membiara, maka ketika ‘benteng kropos’ atau ‘tidak mengasihi ibu’ berarti telah penghayatan iman atau kaul hidup membiara.

Tidak materialistis
Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita sekalian untuk senantiasa hidup sederhana serta tidak bersikap mental materialistis. Kami berharap kepada segenap imam maupun anggota lembaga hidup bakti khususnya para pengikut St.Fransiskus dari Asisi agar dapat menjadi teladan dalam hidup sederhana.

Marilah meneladan Maria yang “telah memilih bagian terbaik”, yang bagi kita berarti senantiasa mengandalkan diri pada Penyelenggaraan Ilahi dalam hidup sehari-hari, dan secara konkret juga hidup rendah hati serta terbuka terhadap kebaikan atau belas kasih dan perhatian orang lain.

“Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi melakukannya” (Yun 3:10).

“Berbalik dari tingkah laku yang jahat” alias bertobat atau memperbaharui diri itulah yang hendaknya kita hayati atau laksanakan. Maka dengan ini kami mengajak dan mengingatkan kita semua untuk meninggalkan aneka kejahatan, khususnya pada masa ini, yang mendesak dan up to date, ialah korupsi. Tindakan korupsi merupakan pembusukan lingkungan hidup atau hidup bersama maupun pribadi, maka para koruptor berarti busuk.

Saya perhatikan tindakan korupsi di negeri kita ini justru masih marak di lingkungan departemen yang seharusnya membina rakyat untuk bermoral atau berbudi pekerti luhur, yaitu ‘Departemen Agama dan Departemen Pendidikan’, maka tidak mengherankan bahwa korupsi masih marak di negeri ini atau bahkan semakin tumbuh subur. Maka kepada mereka yang berkarya di lingkungan dua departemen ini, sejak dari pusat sampai daerah, saya ajak untuk meninggalkan tindakan korupsi sedikitpun.

Teladan konkret
​Memang akhirnya saya mengajak dan mengingatkan para orangtua atau bapak-ibu keluarga untuk membiasakan dan membina anak-anaknya tidak korupsi sedikitpun di dalam keluarga dan tentu saja dengan teladan konkret dari para orangtua. Didiklah dan dampingilah anak-anak untuk hidup sederhana dengan teladan konkret anda sebagai orangtua.

Saya juga berharap kepada para tokoh agama maupun guru/pendidik juga dapat menjadi teladan dalam hidup sederhana dan tidak melakukan korupsi sedikitpun. Korupsi telah menimbulkan aneka macam bentuk malapetaka dan pemborosan waktu dan tenaga dari orang-orang baik di negeri ini. Waktu dan tenaga diboroskan untuk memberantas korupsi sehingga tiada waktu dan tenaga lagi untuk usaha pembangunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Lebih mengerikan lagi usaha pemberantasan korupsi dikacau oleh orang-orang berduit dan berkuasa, antara lain dengan membelokkan perhatian rakyat ke perkara lain, misalnya kerusuhan agama yang dibuatnya.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version