Bacaan 1: Kej 3:9-15. 20
Bacaan 2: Ef 1:3-6. 11-12
Injil: Luk 1:26-38
Pada awalnya, Allah menciptakan manusia untuk hidup bersama-Nya dan berarti manusia diciptakan memiliki sifat kekudusan. Sebab tidak ada makhluk berdosa yang bisa hidup bersama-Nya.
Semua yang hidup bersama Allah bersifat kudus dan kekal, tidak ada kematian sebab kematian adalah upah dari dosa (Rm 6:23).
Namun karena terpedaya oleh ‘si Ular Tua’, yaitu Iblis maka manusia jatuh ke dalam dosa yang disebut sebagai dosa asal.
Konsep inilah yang diajarkan oleh Rasul Paulus kepada jemaat di Efesus, Turki.
“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya.”
Sebagai Kristen, kita telah dipisahkan (dikuduskan) oleh Allah sejak sebelum dunia ini ada.
“Aku katakan di dalam Kristus, karena di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan, kami yang dari semula ditentukan untuk menerima bagian itu sesuai dengan maksud Allah,…”
Hari ini Gereja Katolik merayakan Hari Raya “Maria Dikandung Tanpa Dosa”, dan itu bukanlah sesuatu yang mengada-ada atau ‘lebay’.
Dasarnya sungguh Alkitabiah,
“Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.
Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus.
Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.
Yesus adalah pewahyuan Allah sendiri yang turun ke dunia lewat rahim Maria. Tentulah Dia terlebih dahulu menguduskan rahim itu sejak awal Maria berbentuk janin. Allah tidak mungkin tinggal dalam rahim yang berdosa, sebab itu akan menjadi “Tabut Perjanjian yang Baru”.
“Maria dikandung tanpa noda dosa asal” merupakan dogma yang diajarkan para Bapa Gereja sebagai Tradisi Suci, terutama oleh Paus Pius IX, 8 Desember 1854.
Selang empat tahun (1858) kemudian Bunda Maria dalam penampakannya kepada Bernadette Soubirous menegaskan sendiri sebagai “Perawan yang dikandung tanpa noda dosa” (the Immaculate Conception).
Pesan hari ini
Katolik tidak ‘lebay’.
Maria adalah “Tabut Perjanjian yang Baru” tempat tinggal Allah, maka sudah sepantasnya ia kudus sejak awal.
“Jika cinta bisa membuat seorang perempuan setia pada satu lelaki, kenapa cinta tidak bisa membuat lelaki bertahan dengan satu perempuan?”