Pagi itu, Jumat ( 18/6/2021 ) kegembiraan tumpah ruah di SD Kanisius Mlese, Klaten, Jawa Tengah. Sekolah yang terletak di dukuh Sragon, Mlese, Ceper ini sedang menggelar kegiatan yang melibatkan seluruh komunitas sekolah. Sukacita ini diwujudkan dalam kegiatan memasak bubur sebagai sebagai tanda ungkapan syukur.
Dalam masyarakat Jawa dikenal dengan nama ” Jenang sumsum “. lni merupakan salah satu cara bersyukur karena semua siswa telah merampungkan KBM atau Kegiatan Belajar Mengajar tahun pembelajaran 2020/2021 dengan lancar, di tengah berbagai keterbatasan selama masa pandemi. Tahun ini, mereka naik kelas dan siswa kelas VI telah mengantongi predikat kelulusan.
Persiapan memasak jenang sumsum dilakukan sejak pukul 06.00 WIB di area parkir sekolah. Semua guru turun tangan dibantu orang tua murid dan siswa kelas VI. Mereka bekerjasama menyiapkan sajian kuliner sederhana dan murah meriah ini. Akhirnya, kegiatan masak-memasak ini pun selesai tepat waktu sesuai rencana. Jarum jam menunjukkan pukul 07.30 WIB, jenang sumsum telah matang dan siap dihidangkan.
Di halaman SD Kanisius Mlese tampak orang tua dan siswa berkumpul berbaris rapi sesuai protokol kesehatan. Mereka mendengarkan penjelasan Lukas Triyanta, Kepala Sekolah SD Kanisius Mlese tentang program pembelajaran, sekaligus filosofi pincuk dan suru. Pasalnya, selama ini banyak orang yang belum tahu, apalagi anak anak muda.
Setelah selesai mendengarkan pesan singkat dari kepala sekolah, orang tua wali murid masuk kelas untuk mengambil laporan hasil belajar putra putri mereka. Di depan setiap ruang kelas sudah ada petugas yang mengatur pembagian jenang sumsum untuk siswa dan orang tua. Tak ketinggalan, masyarakat sekitar sekolah pun ikut mencicipi jenang sumsum yang dimasak dengan semangat kerja sama ini.
Jenang sumsum yang dibuat dari bahan tepung beras dan dicampur dengan gula merah ini memang nikmat disantap hangat hangat dengan pincuk dan suru yang terbuat dari daun pisang. Pincuk sebagai pengganti piring dan suru sebagai sendoknya adalah peralatan makan tradisional yang ramah lingkungan.
Kepala sekolah, guru, orang tua dan siswa terlibat dalam kebersamaan yang penuh makna ini. Kegiatan ini menjadi pembelajaran bagi siswa siswi SD Kanisius Mlese untuk lebih mengenal kearifan lokal dan budaya masyarakat sekitar. Mereka diajarkan untuk memberikan apresiasi dan nguri-uri ( melestarikan ) tradisi Jawa sebagai bagian dari kekayaan seni dan keragaman budaya Indonesia.