Bacaan 1: 2Kor 3:15 – 4:1. 3-6
Injil: Mat 5:20 – 26
KITA mengenal peribahasa “mulutmu harimaumu”. Peribahasa yang cenderung memiliki konotasi negatif ketimbang positif.
Artinya, segala perkataan yang kita ucapkan apabila tidak dipikirkan dahulu dapat merugikan diri sendiri.
Banyak contoh kita lihat akhir-akhir ini. Gara-gara ucapan yang dituliskan di media sosial, seseorang bisa berujung dalam permasalahan hukum.
Kamu bisa menodai sebuah hubungan dengan kata-kata menusuk yang mungkin tanpa sadar telah diucapkan saat emosi.
Kamu akan sendirian dan menyesali ucapanmu seumur hidup.
Tuhan Yesus hari ini mengingatkan para pengikut-Nya lewat sabda-Nya.
“Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”
Kata membunuh bisa diterapkan untuk dua makna, yaitu fisik dan kepribadian.
Secara fisik sangat jelas, yaitu misalnya seseorang ditusuk, ditembak, dianiaya dan sebagainya hingga mati.
Sedangkan secara kepribadian, lebih sering didengar sebagai pembunuhan karakter. Perasaan atau psikis seseorang bisa mati oleh perkataan yang diucapkan oleh orang lain.
Apa yang disabdakan-Nya diatas adalah termasuk contoh pembunuhan karakter.
Marah adalah salah satu dari tujuh dosa pokok, yaitu dosa yang bisa membangkitkan dosa lainnya termasuk membunuh.
Namun demikian, Tuhan Yesus masih memberi kesempatan bagi mereka yang mau menyesali dan bertobat.
“Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.”
Dengan membayar lunas (berdamai dan mohon pengampunan) maka dibebaskan dari hukuman.
Rasul Paulus dalam peneguhannya kepada jemaat Korintus berbicara tentang pewartaan dan pelayanannya.
Hal ini dikatakannya untuk melawan para pengajar palsu yang saat itu sedang mengganggu jemaatnya.
Bahwa Paulus dalam mewartakan tidak mencari kehormatan namun Yesus sebagai Tuhan-lah yang diwartakannya.
Ia diutus Allah untuk melayani umat-Nya.
Ia mengajak jemaat untuk bertobat sebab Allah adalah Maha Pengampun dan selalu memberi kesempatan siapa saja yang mau berbalik kepada-Nya.
“Dari dalam gelap akan terbit terang.”, masih ada kesempatan bertobat bagi pendosa (hidup dalam kegelapan)
Tuhan membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang nampak pada wajah Kristus.
Pesan hari ini
Masih ada kesempatan bertobat.
Mari hidup dalam damai dan memanfaatkan Sakramen Pertobatan agar layak di hadapan-Nya.
Mulutmu Harimaumu.
“Kedamaian itu datang dari dalam, jangan mencarinya. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”