Puncta 13.07.21
Selasa Biasa XV
Matius 11:20-24
Kita pasti ingat tragedi yang memilukan
Kenapa harus mereka yang terpilih menghadap
Tentu ada hikmah yang harus kita petik atas nama jiwa mari heningkan cipta
Kita mesti bersyukur bahwa kita masih diberi waktu
Entah sampai kapan tak ada yang bakal dapat menghitung
Hanya atas kasih-Nya hanya atas kehendak-Nya
Kita masih bertemu matahari kepada rumput ilalang
Kepada bintang gemintang kita dapat mencoba meminjam catatan-Nya
Sampai kapankah gerangan waktu yang masih tersisa
Semuanya menggeleng semuanya terdiam semuanya menjawab tak mengerti.
LAGU Ebiet G. Ade itu mengingatkan kepada kita bahwa waktu hidup kita ini sangat terbatas. Kita diajak mengumpulkan bekal menuju perjalanan abadi di akhirat nanti.
Lagu ini mengingatkan kita pada tragedi tsunami yang meluluh-lantakkan Aceh.
Ebiet bertanya kenapa harus mereka yang terpilih menghadap? Apakah harus dengan sebuah tragedi kita baru ingat akan kemahakuasaan Tuhan? Dan ingat untuk bertobat?
Pandemi Covid-19 ini juga sebuah tragedi kemanusiaan. Di Indonesia ada 2,49 juta kasus. 2,05 juta dinyatakan sembuh dan 65.457 orang meninggal.
Ini data terbaru per 10 juli 2021.
Mengapa masih ada orang yang tidak percaya?
Bahkan menantang Tuhan agar diberi virus sebagai bukti bahwa pandemi ini sungguh ada.
Mengapa ada orang “ndableg” tidak mau ikuti protokol kesehatan?
Mengapa ada orang-orang yang membangkan terhadap aturan pemerintah?
Mengapa ada elite yang menari-nari di atas penderitaan rakyat yang sedang berduka?
Yesus mengingatkan kepada orang-orang yang tidak mau bertobat, dengan menunjukkan kembali hukuman Allah pada kota Sodom dan Gomora.
Sodom dihancurkan karena penduduknya bejat tidak bermoral. Kita tahu istilah psikologi “sodomi” diambil dari nama kota ini, karena penduduk Sodom sudah bertindak menyeleweng.
Yesus mengecam kota-kota yang tidak mau bertobat. Mereka masih diberi waktu untuk memperbaiki diri.
Namun saatnya akan tiba yakni hari penghakiman terakhir. Allah akan selalu menunggu. Allah bertindak sabar, masih memberi waktu.
Kita diajak untuk bertobat.
Pandemi ini menjadi kesempatan kita untuk melakukan perbaikan diri.
Mari kita berbalik kepada Tuhan. Mari kita sujud percaya kepada-Nya.
Kita tidak tahu sampai batas mana umur kita.
Saudara kita yang terpapar covid itu, kemarin-kemarin masih sehat segar bugar. Hanya dalam hitungan jam, dua tiga hari dipanggil Tuhan meninggalkan kita.
Ada hikmah di balik pandemi ini.
Mari kita berubah dan memperbaharui diri. Masih ada waktu buat kita. Mari kita gunakan sebaik-baiknya.
Semoga Tuhan tidak akan bersabda, “celakalah engkau” kepada kita.
Di kalimantan lagi musim durian.
Pengin ikut nyandau di bagan sendiri.
Tragedi ini adalah peringatan Tuhan.
Agar kita bertobat dan perbaiki diri.
Cawas, di rumah saja….