Renungan Harian
Sabtu, 04 September 2021
Bacaan I: Kol. 1: 21-23
Injil: Luk. 6: 1-5
SEJAK Gereja diizinkan lagi untuk menyelenggarakan ekaristi dengan kehadiran umat, salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah umat yang ikut ekaristi harus mengenakan masker.
Maka selalu kepada umat yang akan mengikuti perayaan ekaristi dimohon agar selalu mengenakan masker dengan benar.
Dalam perjalanan waktu, para petugas tata tertib mengeluh. Karena ada satu orang umat, kalau ikut ekaristi, selalu tidak mau mengenakan masker.
Pada saat masuk gereja selalu mengenakan masker, namun setelah di dalam gereja dia akan melepaskan maskernya.
Sudah berulang kali diingatkan, namun tidak pernah digubris, bahkan ketika diingatkan menjadi marah.
Maka para petugas tata tertib meminta saya agar mengingatkan orang tersebut.
Suatu kali sesudah Perayaan Ekaristi, saya menemui orang tersebut dan menyampaikan keluhan para petugas berkaitan dengan kebiasaan melepas masker di dalam gereja.
Orang itu dengan nada tinggi mengatakan bahwa apa yang dibicarakan para petugas itu tidak benar.
Saya mengajak orang itu untuk melihat rekaman cctv selama empat pekan dan nampak dengan jelas bahwa selama di gereja yang bersangkutan tidak mengenakan masker.
Setelah melihat rekaman cctv bukannya minta maaf, namun malah marah.
“Romo, saya berhak untuk ikut misa. Sehingga tidak ada yang boleh melarang saya untuk ikut misa. Pakai masker atau tidak itu juga hak saya tidak ada yang boleh mengatur saya.
Saya orang sehat jadi tidak akan saya menularkan dan tertular oleh virus covid. Romo dan para petugas itu seperti orang Farisi yang mencari-cari kesalahan orang,” orang itu bicara dengan nada tinggi.
“Pak, tidak ada satu orang pun di sini yang melarang bapak untuk ikut ekaristi. Namun bapak harus mengikuti aturan yang berlaku. Memakai masker bukan hak, tetapi kewajiban bapak untuk keselamatan orang lain dan keselamatan diri sendiri.
Bisa jadi benar bapak amat sehat dan amat kuat sehingga menurut bapak tidak akan tertular dan menularkan, namun siapa yang yakin dengan hal itu?
Bapak pakai masker adalah bagian dari tindakan cinta kasih.
Pertama, dengan memakai masker, bapak menjaga kesehatan dan keselamatan orang lain.
Kedua dengan memakai masker, bapak menjaga agar gereja tetap dizinkan untuk menyelenggarakan ekaristi dengan kehadiran umat.
Karena kalau nanti ketahuan bapak tidak memakai masker, gereja dianggap lalai ujung-ujungnya gereja ditutup lagi, akibatnya banyak orang dirugikan,” jawab saya.
Kerap kali aturan hanya dilihat sebagai aturan tidak dilihat mengapa aturan itu dibuat, akibatnya sering kali orang dengan mudah melanggar atau mudah menghakimi orang lain.
Sabda Tuhan hari ini mengingatkan agar melihat aturan tidak sekedar sebagai aturan tetapi berani melihat fungsi dan tujuan dari aturan itu.
Ada nilai luhur dibalik aturan itu. “Anak Manusia adalah Tuhan atas Hari Sabat”.
Bagaimana dengan aku?
Adakah aku mematuhi aturan karena melihat nilai di balik aturan itu?