Home BERITA Masuk Pedalaman Ketapang di Stasi Tanjung Beringin, Uskup Pancung Buluh Muda (3)

Masuk Pedalaman Ketapang di Stasi Tanjung Beringin, Uskup Pancung Buluh Muda (3)

0

Pengantar Redaksi

DI kawasan hulu Sungai Laur di Paroki Sepotong –sekitar 350 km dari pusat kota Ketapang, Kalbar—sudah menjadi semacam tradisi budaya setempat seperti ini. Setiap kali ada tamu agung nan terhormat memasuki kawasan permukiman penduduk di wilayah tersebut untuk pertama kalinya, maka selalu diadakan ritual tradisional berupa upacara Pancung Buluh Muda.

Hari itu tanggal 28 Desember 2016. Kami berempat meninggalkan Wisma Keuskupan Ketapang pukul 08.00 pagi hari. Rombongan turne masuk pedalaman Keuskupan Ketapang di jalur hulu Sungai Laur ini beranggotakan Mgr. Pius Riana Prapdi, Pak Harun asisten sekaligus pengemudi. Mereka berdua duduk di bangku kemudi. Sementara, Royani Ping dari Yayasan Bhumiksara Jakarta dan penulis Sesawi.Net dan AsiaNews.it duduk di deretan bangku belakang.

Semua peralatan turne pastoral masuk pedalaman sudah disusun rapi di kabin bagasi mobil dengan spek  four-wheeled drive yang memang didesain cocok untuk melaju di medan off road ini. Di situ ada koper berisi tongkat kegembalaan Uskup dan semua perlengkapan misa: jubah, topi khas Uskupp dan sebagainya.

Perjalanan panjang ini singgah sebentar di Pastoran Paroki Keluarga Kudus di Sepotong, setelah sebelumnya menempuh perjalanan panjang melalui jalur darat rute Ketapang – Nanga Tayap – Bengaras. Lalu berlanjut dengan naik sampan motor dari Sepotong menuju Stasi Tanjung Beringin dengan lama perjalanan sekitar 1,5 jam.

—————-

Upacara Ritual Adat: Pancung Buluh Muda

Di Stasi Tanjung Beringin, umat katolik setempat menggelar upacara ritual adat bernama Pancung Buluh Muda. Inilah ritual adat ketika seorang terhormat untuk pertama kalinya datang memasuki kawasan permukiman tersebut. Sebelum menginjak kakinya di permukiman penduduk di dusun atau wilayah itu, sang tamu terhormat tersebut harus mampu menebas sekali kayuh sebuah batang buluh bambu muda dengan senjata parang khas masyarakat Dayak yakni mandau.

Saking tajamnya sebilah Mandau di tangan seorang tamu terhormat, maka buluh bambu muda itu pun terpotong. Dengan demikian, barulah sang tamu terhormat itu boleh memasuki kawasan tersebut setelah ‘penghalang’ berupa buluh bambu muda itu terpotong ditebas habis.

Berikut ini ada rekaman video upacara ritual adat Pancung Buluh Muda di Stasi Tanjung Beringin, Paroki Sepotong.  Acara ini digelar ketika hari sudah menginjak malam, setelah ratusan umat katolik setempat menunggu kedatangan rombongan Bapak Uskup Mgr. Pius Riana Prapdi sejak pukul 15.00 petang hari.

Acara ritual adat Pancung Buluh Muda ini juga terjadi di Stasi Randau Limat, Selangkut Raya di Paroki Keluarga Kudus Sepotong dan kemudian di Stasi Riam Dadap di Paroki St. Gabriel Sandai.

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version