[media-credit name=”Google” align=”alignright” width=”300″]
di hidup duniawi ini
selalu saja hasrat terdekap tanganMU
membara di antara luka merah torehan hati yang terbawa arus sakit.
Berjam-jam sudah wajahMU sembunyi di sana
karena lakuku mengeringkan rasa
hingga berdebu dingin getarkan jiwa tak berarah
tersambar bagai petir kata kataMU tegas
“menghukummu Aku tak pantas (biasa)”
dan luluh malu sendiri dalam pencarian tanpa senyumMU suci.
Ampun
pintaku di bawah sini
terjepit kesuraman mengancam panjang
di jenang pintu malam berawan gelap.