Bacaan 1: Mi 7:14-15. 18-20
Injil: Mat 12:46 – 50
BANYAK orang Kristiani yang bingung saat membaca perikop bacaan hari ini, sebabnya adalah, “Lihatlah, ibu-Mu dan saudara-saudara-Mu ada di luar…”.
Lho, Tuhan Yesus punya saudara? Katanya Dia adalah Anak Tunggal?
Jika mau membaca Kitab Suci, semuanya akan sangat jelas status “saudara Tuhan Yesus” itu. Maka saya tertarik hanya untuk merenungi sabda Tuhan Yesus, yang menunjuk arti sebagai keluarga sejati serta keluarga rohani, yaitu siapakah yang dimaksud saudara dan ibu Yesus itu. “Sebab siap apun yang melakukan kehendak Bapa-Ku di surga, dialah saudara-Ku, dialah saudari-Ku, dialah ibu-Ku”.
Demikian definisi “saudara dan ibu” bagi Tuhan Yesus dalam injil hari ini.
Jelas Tuhan Yesus tidak sedang mengabaikan Maria sebagai ibu kandung-Nya dan saudara-saudara lainnya.
Namun justru mengangkat Bunda Maria, yang adalah pribadi taat dalam melakukan kehendak Bapa-Nya sebagai model yang harus dicontoh para pengikut-Nya.
Dengan menanggung resiko dilempari batu hingga mati, Bunda Maria menerima tanpa syarat sebagai saluran bagi lahirnya Sang Juru Selamat, yaitu Tuhan Yesus.
Saat itu, Maria belum bersuami dan bagi wanita yang hamil sebelum bersuami maka hukumnya adalah dirajam dengan batu hingga mati.
Bunda Maria juga tidak pernah lari dari sisi Tuhan Yesus selama hidup-Nya hingga wafat di kayu salib.
Namun untuk bisa hidup bersama Tuhan Yesus sebagai saudara maka saya harus kudus terlebih dahulu. Untuk itu, dalam nubuatannya Mikha memohon agar Allah bersedia mengampuni dosa bangsanya Israel serta mencampakkan segala dosa ke rumahnya di laut (dalam Kitab Suci, laut sering digambarkan sebagai rumah iblis).
Sebab Allah adalah Maha Pengampun dan setia seperti janji-Nya kepada Yakub dan Abraham.
Pesan hari ini
Saya dan kamu yang telah dibaptis tentu saja juga merupakan saudara Tuhan Yesus dan juga ibu-Nya, kita adalah keluarga sejati dan rohani Tuhan Yesus.
Namun masih ada syarat yang mengikutinya yaitu bertobat dan melaksanakan kehendak-Nya sama seperti yang diteladankan oleh Bunda Maria.
”Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is not to stop questioning”, Albert Einstein.
Belajar dari cara hidup yang lalu untuk melawan Covid-19, pakailah maskermu
Bersatu Melawan Coronavirus