Home BERITA Mau Jadi Sengkuni?

Mau Jadi Sengkuni?

0
Ilustrasi - Sengkuni tokoh pemecah belah dan suka adu domba. (Ist)

Puncta 25.06.23
Minggu Biasa XII
Matius 10: 26-33

WIDURA adalah anak bungsu dari Begawan Abyasa. Dialah putra yang paling bijaksana dari kakak-kakaknya yakni Destarastra dan Pandu.

Destarastra menurunkan para Kurawa. Pandu menurunkan para Pandawa. Dua keluarga ini selalu bermusuhan.

Kurawa ingin memusnahkan Pandawa agar Kerajaan Astina tidak jatuh ke tangan mereka. Berbagai tipu muslihat dibuat agar Pandawa mati. Mereka punya niat yang jahat. Tokoh

Provokatornya adalah Sengkuni.

Widura tahu betapa liciknya Sengkuni. Ia menasehati para Pandawa untuk waspada dan hati-hati. Sengkuni merancang sebuah pesta besar-besaran di Bale Sigala-gala. Ia membuat gedung yang indah namun mudah terbakar.

Para Pandawa diundang ke pesta. Saat mereka sedang bersenang-senang, Bale tiba-tiba terbakar oleh api membara.

Semua hangus menjadi abu dan puing-puing. Karena nasehat Widura, para Pandawa selamat.

Saat perang Baratayuda, diungkaplah kelicikan Sengkuni. Akhirnya “sing becik ketitik, sing ala ketara.” Yang baik dan jahat akan terbuka dengan terang benderang.

Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, “Janganlah kamu takut kepada mereka yang memusuhimu, karena tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.”

Seperti pepatah yang berkata, “Sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh ke pelimbahan juga.”

Serapi-rapinya niat jahat yang disembunyikan, pada akhirnya terbongkar juga. Pada saatnya kejahatan akan jatuh juga.

Yesus menyuruh kita untuk tidak takut memberitakan kebenaran, kendati banyak ancaman menghadang.

“Janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi tidak kuasa membunuh jiwa. Takutlah terutama terhadap Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”

Mau jadi Sengkuni yang licik dan jahat atau Widura yang bijaksana dan baik hati? Itu pilihan masing-masing.

Tetapi yang jelas, setiap orang akan “ngundhuh wohing pakarti.” Setiap orang akan memetik buah yang ditanamnya sendiri.

Yesus mengingatkan agar kita tidak takut mewartakan kebenaran dan hidup seturut dengan nilai kebenaran itu. Menanam kebaikan pasti buahnya juga kebaikan.

Naik bendi kudanya tiga.
Berjalan pelan banyak belokan.
Hati-hati dan tetap waspada,
Berjuang di jalan kebenaran.

Cawas, tetap bijak dan waspada

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version