Melengkapi, bukan Meniadakan

0
Ilustrasi: Kritik (Ist)

Rabu, 6 Maret 2024

  • Ul. 4:1,5-9;
  • Mzm. 147:12-13,15-16,19-20;
  • Mat. 5:17-19.

KEHIDUPAN bersama senantiasa ditandai dengan pengulangan yang diwadahi dalam tradisi. Ada aturan yang menyertai supaya tradisi bisa berjalan dan kita jalankan. Banyaknya aturan membuat inti tradisi kabur dan kita hanya sibuk menaati aturan namun kemudian kehilangan makna dan arti.

Saat ada sesuatu mengganjal, karena orang sibuk dengan aneka aturan mesti ada suara yang mengingatkan.

Akan muncul orang yang tidak tahan buat terus diam tanpa mengkritik? Melontarkan kritik tidak berarti bahwa kita sudah paling benar dan beres hidupnya, tetapi ada bentuk perhatian dan kasih supaya tradisi dan aturan berjalan dengan semestinya.

“Tidak banyak orang yang bisa menerima kritik dengan kepala dingin dan hati yang terbuka,” kata seorang bapak. “Banyak orang yang alergi kritik, merasa diri paling benar, paling baik dan paling hebat, hingga telinganya hanya siap menerima pujian namun tidak benar mampu menerima kritikan.

Menghadapi orang seperti itu, lebih baik bicara seadanya, dan biarkan dia mati dalam kebaikan semu. Karena dia merasa sudah puas dengan dirinya dan hanya akan mendengar suara yang bisa membuatnya melambung karena puji-pujian kosong.

Kritikan yang baik selalu membuat hati pedih namun membuka mata terhadap kebenaran. Sakit namun mendewasakan kehidupan jasmani dan rohani,” ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”

Yesus datang untuk menggenapi bukan berarti Yesus sekedar melengkapi atau menyempurnakan hukum Taurat dan Kitab para nabi. Yesus justru memberi makna baru yang terdalam dari Hukum Taurat dan Kitab para nabi dengan Hukum Kasih.

Kita dipanggil untuk mengasihi Tuhan dengan totalitas hidup kita dan mengasihi sesama seperti kita mengasihi diri kita sendiri.

Yesus menggenapi Hukum Taurat dan Kitab para nabi maka Ia juga menghendaki agar kita semua juga menyerupai-Nya. Artinya, kita semua juga dipanggil untuk ikut serta menggenapi dengan mentaati kehendak Allah.

Hukum Taurat adalah kehendak Allah untuk mengasihi maka kita juga diingatkan Yesus untuk mampu mengasihi.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku cukup bijak menjalankan aturan dalam hidup bersama?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version