Home BERITA Melepaskan Ikatan

Melepaskan Ikatan

0
Di mana hartamu, di situ hatimu, by pelukis tak dikenal dari Belanda.

Senin, 3 Maret 2025

Sir. 17:24-29.
Mzm. 32:1-2,5,6,7.
Mrk. 10:17-27

TANPA sadar kita lebih terikat pada berkat daripada kepada Sang Pemberi Berkat.

Kita mencari kepuasan rohani, merasa cukup dengan pengalaman spiritual yang sudah kita alami, dan terkadang berhenti bertumbuh. Tuhan menghendaki agar kita tidak berhenti di situ.

Tuhan rindu agar kita semakin terikat kepada-Nya, bukan kepada harta, kenyamanan, atau bahkan rasa puas dalam kehidupan rohani kita.

Perjalanan iman bukanlah tentang menikmati berkat semata, tetapi tentang semakin melekat pada Tuhan.

“Semakin saya merasa dekat dengan Tuhan, semakin saya melihat bahwa masih banyak hal dalam diri ini yang perlu saya perbaiki,” ujar seorang bapak.

“Saya baru menyadari bahwa saya adalah orang yang sombong secara rohani.

Saya merasa sudah cukup aktif dalam aneka pelayanan di Gereja bahkan menjadi pengurus diberbagai kelompok rohani namun dalam retret ini, saya disadarkan bahwa saya sebenarnya pribadi yang egois, dan engan untuk memberi diri.

Segala aktivitas yang selama ini saya jalani dan ikuti sebenarnya didorong rasa dan keinginan mendapatkan prngakuan dan penghormatan.

Saya cepat merasa puas dengan aktivitas kerohanian, bahkan saya kadang tanpa sadar berkeras hati menolak sentuhan Tuhan yang ingin membentuk hatiku,” ujarnya

Dari retret kali ini saya dibimbing untuk menemukan bahwa hidup yang berkenan kepada Tuhan bukanlah hidup yang hanya menerima, tetapi juga hidup yang memberi.

Ketika saya semakin rela dipakai oleh Tuhan, saya akan menemukan sukacita sejati, bukan dalam harta atau pencapaian rohani, tetapi dalam ikatan yang semakin erat dengan Tuhan,”ujarnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Lalu kata orang itu kepada-Nya: Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.”

Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”

Yesus tidak menghendaki sekadar ketaatan formal terhadap hukum, tetapi menginginkan hati yang sepenuhnya terikat kepada-Nya.

Pemuda ini telah melakukan banyak hal yang benar, tetapi masih ada satu hal yang menahannya: keterikatannya pada harta.

Yesus memandang pemuda itu dengan kasih, bukan untuk menghakimi, tetapi untuk menunjukkan jalan menuju kehidupan sejati.

Tuhan ingin kita bebas dari segala hal yang menghalangi hubungan kita dengan-Nya. Mengikut Yesus bukan hanya tentang melakukan perintah-Nya, tetapi juga tentang keberanian untuk melepaskan apa pun yang menjadi penghalang antara kita dan Dia.

Sama seperti pemuda kaya itu, kita pun sering kali merasa telah melakukan banyak hal untuk Tuhan. Kita beribadah, melayani, dan hidup dalam moralitas yang baik. Namun, adakah sesuatu yang masih kita genggam erat, yang membuat kita sulit sepenuhnya mengikut Yesus?

Bisa jadi itu bukan harta, tetapi kenyamanan, pengakuan, kesuksesan, atau bahkan rasa takut kehilangan sesuatu yang berharga.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku berani dan rela melepaskan ikatan dari harta dan ego demi mengikuti Tuhan?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version