Melewati Badai Bersama Tuhan

0
Bergumul dengan badai

Sabtu 27 Januari 2024

  • 2Sam. 12:1-7a,10-17;
  • Mzm. 51:12-13,14-15,16-17;
  • Mrk. 4:35-41

TIDAK ada manusia yang ingin dalam hidupnya harus terkena badai.

Badai dalam hidup diibaratkan sebagai guncangan, terpaan kuat berupa peristiwa atau kejadian yang kedatangannya tak diharapkan, yang menimbulkan kehidupan yang semula tenang dan nyaman menjadi porak poranda.

Dari badai kehidupan kita nisa belajar nilai-nilai perjuangan.
Badai akan membuat kita lebih tangguh dan lebih kuat. Badqi akan membantu kita tumbuh dengan ketekunan dan sikap pantang menyerah.

Dan seperti setelah badai, kita melihat sinar matahari, atau pelangi, ketenangan, dan kedamaian, demikian pula setelah kita mengatasi kesulitan, kita akan tumbuh, sukses, dan kuat.

Yang perlu kita lakukan adalah menghadapi masalah dengan ketekunan, iman, harapan, kasih, dan kerja keras.

“Saya masih bisa hidup seperti ini, semata-mata kasih dan kemurahan Tuhan,” kata seorang bapak. “Jika saya mengandalkan kekuatan diri sendiri, saya sudah habis, hancur,” lanjutnya.

“Ketika badai kehidupan itu menerpa rumah tanggaku, dan aku harus kehilangan segalanya, anak, isteri, harta dan kesempatan untuk bahagia bersama mereka. Tangan Tuhan terukur menolongku,” ujarnya.

“Kesalahan yang aku buat harus dihukum, hukuman itu menimpa hidupku,” sambungnya.

“Aku baru sadar betapa berharga dan besar cintaku pada mereka, hingga ketika aku harus berpisah dengan mereka, aku sangat menderita,” sambungnya.

“Saya frustasi dan saya hanya bisa mengutuki diri sendiri, dengan segala kebodohanku,” lanjutnya.

“Ingin rasanya sembunyi dari kehidupan ini, bahkan ingin aku menghakiri hidup ini,” sesalnya.

“Di tengah segala derita itu, saya hanya ingin berpasrah pada Tuhan,” tegasnya.

” Tuhan sungguh punya cara yang baru dalam kehidupan kita,” lanjutnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada danau itu: “Diam! Tenanglah!” Lalu angin itu reda dan danau itu menjadi teduh sekali.

Lalu Ia berkata kepada mereka: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?”

Danau Galilea terkenal dengan badainya. Angin yang berhembus secara tiba-tiba dengan kekuatan yang dahsyat ke tengah danau dapat menimbulkan badai.

Yesus menyertai murid-murid-Nya menyeberangi danau yang terkenal dahsyat anginnya. Ia tahu apa yang dilakukan-Nya sehingga tetap berani mengajak para murid-Nya.

Datanglah angin keras menghantam perahu yang ditumpangi Yesus. Kepanikan melanda semua orang yang ada dalam perahu.

Mereka takut tenggelam dan binasa karena air danau sudah memenuhi perahu. Mereka berteriak-teriak panik dan akhirnya merespons secara negatif keadaan itu.

Kepanikan melanda semua orang yang ada dalam perahu. Mereka takut tenggelam dan binasa karena air danau sudah memenuhi perahu. Mereka berteriak-teriak panik dan akhirnya merespons secara negatif keadaan itu.

Ketakutan yang berlebihan bisa membuat kita tidak bisa percaya kepada Tuhan yang menyertai kita. Fokus kita hanya pada masalah yang berkecamuk saja, bukan pada kuasa-Nya. Dalam badai sekeras apa pun, marilah kita percayakan hidup kepada-Nya. Tuhan selalu menyertai kita.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah yang membuatku tetap bertahan saat diempas oleh badai kehidupan?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version