Puncta 04.04.21
HR. Kebangkitan Tuhan
Yohanes 20: 1-9
SERING saya berpikir secara negatif. Kalau melihat anak muda, gagah, sehat ngamen di perempatan jalan. Terbersit di benak saya pikiran jelek: anak ini malas, gak mau kerja keras.
Sama halnya kalau melihat ibu atau bapak bawa “kemucing” atau sulak menghampiri mobil-mobil di dekat lampu trafik, lalu minta uang.
Saya sering berpikir negatif dulu. Saya hanya melihat dari permukaan atau penampilan saja.
Saya tidak mengenal lebih dalam, masuk ke kehidupan mereka. Saya tidak tahu dalam-dalamnya. Bisa jadi kesimpulan saya itu keliru.
Bacaan Paskah ini dimulai dari kisah Maria Magdalena. Ia datang ke kubur. Waktu itu hari masih gelap, segelap hati Maria yang kehilangan orang yang dikasihinya.
Ketika hati gelap, maka yang nampak hanya yang kelihatan, permukaan saja.
Yang dilihat hanya kubur Yesus yang kosong. Ketika pintu batu sudah terguling, pikiran spontan yang muncul mayat Yesus dicuri atau diambil orang.
“Tuhan telah diambil orang dari kubur-Nya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan.”
Iman itu membutuhkan proses. Tidak serta merta langsung percaya bahwa Yesus bangkit.
Petrus dan murid yang lain tidak serta merta percaya laporan Maria. Mereka berlari menuju makam.
Murid yang dikasihi Yesus itu lebih cepat sampai. Tetapi dia tidak masuk. Mungkin dia hening dan menimbang-nimbang. Memang orang yang dikasihi itu biasanya akan lebih cepat memahami, mengerti dan menemukan sesuatu.
Beda dengan Maria, karena hatinya diliputi kegelapan, kesedihan, ia keliru membuat kesimpulan.
Murid yang dikasihi tadi “nata ati” dulu, ia tidak masuk, berhenti untuk menimbang-nimbang perkara. Bisa jadi juga, ia menghormati Petrus yang dituakan.
Lalu murid yang tadi di luar, ikut masuk bersama Petrus. Ia telah hening dan jernih melihat apa yang ada di dalam.
Ketika kita masuk di ruang yang gelap, pertama yang muncul adalah ketakutan, kepekatan.
Tetapi lama-lama kita akan terbiasa dan kemudian bisa melihat apa yang ada di dalam dengan lebih jelas.
Murid yang dikasihi Yesus itu tidak hanya melihat kubur yang kosong, kain kafan dan kain peluh yang sudah tertata rapi. Tetapi kemudian ia percaya bahwa apa yang pernah dikatakan Yesus sekarang menjadi nyata.
Ia diterangi Kitab Suci yang mengatakan bahwa Yesus harus bangkit dari mati.
Iman itu berproses, bahkan harus siap memasuki pengalaman yang gelap sekali pun.
Seperti murid yang dikasihi itu, ia harus masuk dan melihat kubur yang gelap, supaya ia dengan hati yang jernih menemukan Tuhan yang bangkit, lalu menjadi percaya.
Santo Yohanes dari Salib punya pengalaman “malam gelap” dalam doa. Seperti murid yang dikasihi itu berani masuk di kubur yang gelap, dan ia menemukan Tuhan yang bangkit.
Di dalam pengalaman gelap pun, Tuhan tetap hadir dan menyertai.
Kebangkitan Tuhan itu bisa kita alami kalau kita mau melihat dan percaya. Maukah kita diproses supaya iman kita kuat?
Jalan-jalan ke Yogyakarta.
Singgah sebentar beli bakpia.
Selamat Paskah untuk anda semua.
Mari bersorak alleluia alleluia.
Cawas, bangkit dan semangat lagi….