Home BERITA Melihat, Percaya, dan Mewartakan

Melihat, Percaya, dan Mewartakan

0
Iman itu harus percaya, taat dan berserah diri

Jumat, 27 Desember 2024

1Yoh. 1:1-4.
Mzm. 97:1-2,5-6,11-12.
Yoh. 20:2-8

MASIH dalam oktaf Natal. Kelahiran Tuhan itu sebuah peristiwa iman yang harus diwartakan, supaya banyak orang menerima Dia sebagai Juru Selamat, sebagai jalan keselamatan.

Kisah Kelahiran Yesus Kristus sebagai Terang yang telah terbit bagi umat yang tinggal dalam kegelapan dan kekelaman, dikemas dengan refleksi yang indah dalam Injil Yohanes: “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia.”

Kesaksian Yohanes mengajarkan kita bahwa iman kepada Yesus bukan sekadar pengakuan lisan, tetapi pengharapan yang hidup.

Dalam menghadapi pergumulan, kehilangan, dan kesedihan, iman kepada penjelmaan sampai kebangkitan Yesus memberi kekuatan untuk melangkah dengan keyakinan bahwa kematian bukanlah akhir.

Yesus bukan hanya membawa kabar baik tentang hidup kekal, tetapi Dia sendiri adalah sumber hidup itu.

Kebangkitan-Nya dari kematian menjadi bukti nyata Allah mengatasi maut dan memberikan harapan kekal bagi mereka yang percaya.

Yohanes, sebagai saksi mata, tidak hanya menyampaikan fakta tetapi juga mengundang kita untuk percaya dan mengalami hidup dalam Kristus.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur.

Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam.”

Yohanes “menjenguk ke dalam”, tetapi tidak segera masuk. Sikap ini bisa mencerminkan bagaimana kita sering kali ragu untuk sepenuhnya masuk ke dalam pengalaman iman.

Kita mungkin melihat tanda-tanda kebesaran Tuhan, tetapi memilih untuk berhenti di luar karena ketidakpastian atau kekhawatiran.

Namun, seperti Petrus yang akhirnya masuk, iman memanggil kita untuk melampaui batasan ketakutan dan benar-benar merasakan kuasa kebangkitan Kristus.

Dalam perjalanan iman, setiap orang memiliki kecepatan dan cara yang berbeda. Ada yang cepat memahami, tetapi memilih berhenti.

Apapun kondisi kita, kita patut meneladani Petrus dan Yohanes, kita dipanggil untuk berlari menuju kebenaran, meskipun dengan kecepatan yang berbeda.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sedang berlari menuju Kebenaran?

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version