Puncta 24.01.23
PW. St. Fransiskus de Sales, Uskup dan Pujangga Gereja
Markus 3: 31-35
LIONEL MESSI yang baru saja membawa pulang tropi piala dunia ke negaranya membangun sekolah untuk anak-anak di Suriah. Setiap orang tahu siapa Leo Messi.
Dia adalah bintang yang cukup lama di klub Barcelona, yang kini merumput di PSG Perancis. Setiap kali mencetak gol, kedua tangannya menunjuk ke atas, wajahnya menghadap ke langit dan kemudian membuat tanda salib.
Namun demikian dia mendonasikan uangnya untuk membangun sekolah di Suriah, negara yang dilanda perang saudara tak berkesudahan.
Anak-anak miskin, terlantar, dan korban perang harus mengungsi dan tidak bisa sekolah. Messi sangat prihatin dan ingin membantu mereka.
Melalui Leo Messi Foundation (LMF) dia membantu 1.600 anak Suriah agar bisa hidup layaknya anak-anak lain, mengenyam pendidikan yang baik.
Tidak hanya di Suriah, Messi juga membantu di Kenya, Afrika.
Bersama petenis Serena William, Messi juga membantu anak-anak putus sekolah di tiga negara Asia, termasuk Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk Muslim terbesar.
Dia membantu tanpa memandang agama karena dia berpendapat pada dasarnya semua manusia sama di hadapan Tuhan.
Yang besar harus membantu yang kecil. Yang kuat membantu orang lemah. Yang kaya menolong yang miskin.
Sekali peristiwa orang-orang berkata kepada Yesus, “Lihat, ibu dan saudara-saudaramu ada di luar dan berusaha menemui Engkau.”
Tetapi jawab Yesus, “Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?”
Yesus memandang orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya, lalu berkata, “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
Yesus memperluas persaudaraan bukan hanya karena hubungan darah, keluarga atau kerabat semata.
Tetapi siapa pun mereka yang berbuat baik melakukan kehendak Allah, dialah saudara-saudara Yesus.
Allah menghendaki untuk mengasihi semua orang tanpa membeda-bedakan agama, suku, golongan, ras, adat istiadatnya.
Bagi Yesus, siapa pun yang mengasihi seperti Allah, mereka adalah saudara dan saudari-Nya. Tidak pandang bulu dan latar belakangnya.
Kita ini mudah sekali membuat sekat-sekat yang memisahkan. Kalau tidak sealiran dianggap sebagai “tetangga sebelah.”
Lalu disingkirkan dan dimusuhi. Mau membantu kalau seagama, sealiran, atau sama golongannya.
Semakin orang beriman, semakin tidak membeda-bedakan. Semakin mengaku dekat dengan Allah, semakin memperluas ukhuwah insaniah.
Kita bisa belajar dari Lionel Messi. Walaupun dia orang Argentina, tetapi membantu anak-anak Suriah, Kenya dan Indonesia karena dia menganggap semua insan manusia ini adalah saudara.
Makan durian di bawah pohon nangka.
Baunya harum seperti buah matoa.
Mari kita belajar mengasihi sesama.
Apapun agama dan adat istiadatnya.
Cawas, mengasihi tanpa membedakan…