Puncta 23.01.24
Selasa Biasa III
Markus 3: 31-35
HARI Minggu sore ada ibadat oikumene dalam rangka Pekan Doa Sedunia di Gereja Santa Maria Assumpta Paroki Cawas, Kabupaten Klaten. Pendeta Daniel Agung memberi kotbah atau renungan dalam acara ini.
Dia memberi ilustrasi lewat lagu-lagu yang sering dinyanyikan di gereja. “Orang sering mengklaim sebuah lagu sebagai lagu gereja ini atau gereja itu,” katanya.
Lagu Hari Ini Harinya Tuhan oh ini lagu Kristen. Lagu Sabda-Mu Bapa Bagai Air Segar ini lagu Katolik. Lagu yang itu lagunya kharismatik. Dia bertanya, “Bukankah semua lagu rohani itu untuk memuji Tuhan, sejak kapan lagu-lagu itu punya agama?”
Kita sering kali berpikir terkotak-kotak. Entah memasukkan sesuatu ke kotak agama, suku, bangsa, atau kotak-kotak kelompok tertentu.
Baju dengan motif dan pola ini diklaim milik agama tertentu. Bahkan ada yang mengelompokkan perumahan sebagai kluster milik kelompok tertentu.
Dalam perikope ini Yesus membuka pikiran yang sempit dan terkotak-kotak itu. Ketika orang-orang menyampaikan bahwa ibu dan saudara-saudari-Nya akan bertemu dengan-Nya, Yesus balik bertanya kepada mereka, “Siapa ibu-Ku? Siapa saudara-saudara-Ku?”
Sambil menunjuk orang-orang yang ada di dekat-Nya Yesus berkata, “Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku. Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialau saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku.”
Yesus tidak membatasi relasi persaudaraan hanya berdasarkan hubungan darah. Yesus mengembangkan persaudaraan atas dasar pelaksanaan kehendak Allah.
Siapa saja yang mendengarkan dan melaksanakan kehendak Tuhan, dialah saudara-saudari kita. Siapa saja yang berkehendak baik mengasihi Tuhan dan sesama, mereka itu saudara-saudari kita juga.
Konsep persaudaraan inklusif seperti teladan Yesus ini harus digaungkan kepada siapa pun agar hidup kita bersama dapat berjalan dengan damai, rukun, saling menghormati dan harmonis.
Saudara-saudara kita kaum muslimin juga mengembangkan persaudaraan yang disebut dengan ukhuwah basariah atau ukhuwah wathaniah.
Kita semua adalah saudara sebangsa dan setanah air. Lebih luas lagi kita adalah saudara dalam kemanusiaan yang sama di hadapan Tuhan.
Kata Saudara berasal dari kata “satu udara.” Kita semua adalah sesama dalam menghirup udara yang sama di bumi yang satu ini.
Marilah kita kembangkan persaudaraan dengan semua orang. Hilangkan pikiran atau perilaku yang memisahkan dan mengkotak-kotakkan satu sama lain.
Mbah Merapi batuk keluarkan awan,
Terbang ke arah timur disapu oleh hujan.
Semua manusia diciptakan oleh Tuhan,
Kita adalah saudara dalam kemanusiaan.
Cawas, kita semua bersaudara
Rm. A. Joko Purwanto, Pr