BUKAN hanya para penjahat yang tinggal dalam penjara. Yang tidak melanggar hukum pun banyak yang tinggal dalam penjara. Anehnya, mereka tidak tinggal dalam penjara bikinan pemerintah, melainkan penjara yang dibangunnya sendiri.
Ada penjara eksternal, ada penjara internal.
Mereka yang dipenjara oleh barang-barang kepunyaannya membangun penjara eksternal. Sebagian orang demikian lengket pada gadget hingga kehilangan kebebasan dirinya. Gadget telah memenjaranya.
Ada pula yang membangun penjara internal. Misalnya, kesombongan. Mereka ini suka pamer. Yang dilakukannya dimaksudkan untuk mendapat pujian dan memperbesar kesombongannya.
Dalam beragama pun, orang bisa dipenjara oleh sikap di atas. Mereka memberi sedekah supaya dipuji orang (Matius 6: 2). Mereka berdoa supaya dilihat orang (Matius 6: 5). Ketika berpuasa, mereka menarik perhatian orang lain supaya mengetahui bahwa mereka sedang berpuasa (Matius 6: 16).
Perilaku beragama semacam itu tidak membebaskan mereka dari cacat cela dan dosa, tetapi malah melipatgandakannya. Mereka tidak dibebaskan dari belenggu kesombongan. Sebaliknya, makin kuat dikurung di dalamnya.
Kecenderungan mereka adalah menampilkan sisi luar. Badannya berdoa, tetapi hatinya jauh dari Tuhan karena kesombongannya. Tangannya memberi sedekah, namun hatinya tidak tulus dan ramah. Wajah menampilkan orang berpuasa, tetapi hatinya penuh pura-pura.
Yesus mengajar supaya orang bersedekah, berdoa, dan berpuasa untuk membersihkan batinnya. Karena itu, orang diajak masuk ke dalam batin yang memungkinkannya bertemu dengan Tuhan. Dialah yang membantu manusia mencapai tujuan sedekah, berdoa, dan berpuasa.
Semua latihan rohani dan hidup keagamaan yang tidak membawa perubahan batin (pertobatan) tidak mendekatkan manusia dengan Tuhan dan tanpa ganjaran rohani yang berarti.
Pada awal Masa Prapaskah ini, Tuhan mengajak kita membebaskan diri dari penjara batin.
Rabu Abu, 22 Februari 2023