Senin, 22 November 2021
- Dan. 1:1-6.8-20
- Mzm. Dan.3:52-56.
- Luk.21:1-4
KETIKA keadaan memanggil kita untuk mempersembahkan sesuatu yang berguna bagi sesama.
Pada saat kesulitan menimpa hidup ini, hingga mengakibatkan kesusahan tidak sedikit orang yang hanya mampu meratap dan menanti uluran tangan dari sesama.
Namun sebagian orang seakan langsung bisa bangkit bahkan menjadi penolong bagi yang lain.
Sama-sama tertimpa masalah, tapi orang yang tidak terfokus pada penderitaan dan kesusahannya sendiri biasanya lebih tangguh menghadapi situasi yang terjadi.
Membantu orang lain bukan hanya dalam bentuk harta atau materi saja, tetapi bisa dalam bentuk tenaga dan pikiran.
“Kami sekeluarga sangat bersyukur dan berterima kasih atas perhatian ibu yang tinggal di sebelah rumah kami,” kata seorang bapak.
“Ketika kami sekeluarga terpapar covid 19, beliaulah yang menjadi malaikat bagi kami,” lanjutnya
“Ketika kami mengisolasi diri di rumah, beliau yang mengusahakan obat-obatan dan menyediakan makanan bagi kami sekeluarga,” katanya.
“Dia menggunakan uangnya sendiri, dan baru bisa kami ganti ketika kami sudah sembuh,” lanjutnya
“Tanggap, cepat, dan tulus itulah ibu yang tinggal di sebelah rumah kami,” katanya
“Satgas covid 19 baru datang seminggu setelah kami semua terpapar, itupun hanya mendata saja,” lanjutnya
“Ibu yang tinggal di sebelah rumah kami, dialah yang memantau kami, pagi, siang malam dengan menanyakan keadaan kami, dan menyiapkan apa yang kami butuhkan,” katanya
“Saat itu, yang ada hanya bingung harus melakukan apa, untunglah ada orang yang bisa menenangkan kami hingga kami tidak merasa berjuang sendiri,” katanya
Dalam bacaan Injil, kita dengar demikian,
“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”
Yesus memuji seorang janda miskin yang memasukan dua peser ke dalam peti persembahan.
Didorong oleh rasa syukur yang tinggi, sang janda ini memberikan seluruh miliknya. Ia ikhlas, tak ada rasa rugi sedikitpun di hatinya, walau sesudah itu ia harus bekerja keras lagi untuk mendapatkan nafkah.
Kemiskinannya tidak menyurutkan niatnya untuk memberi persembahan syukur kepada Tuhan.
Syukur pada Tuhan, diwujudnyatakan dalam karya cinta kasih bagi sesama yang membutuhkan.
Seperti seorang ibu, tetangga seorang bapak yang seluruh keluarganya terpapar covid 19. Dia membantu bukan hanya dengan dana tetapi juga pikiran, perhatian dan pendampingan.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku mau menolong sesama yang sedang berkesusahan?