BAPERAN-BAcaan PErmenungan hariAN.
Senin, 14 Maret 2022.
Tema: Dia saudaraku juga.
- Dan. 9: 4b-10.
- Lk. 6: 36-38.
“MO, kalau saya punya rezeki sebaiknya diberikan kepada siapa ya?” tanya seseorang yang ingin tahu.
“Ya siapa saja yang membutuhkan. Baik kalau pilihan ke arah mereka yang kecil., terpinggirkan, dan teabaikan.”
“Kalau dengan kelompok dari agama lain, bolehkah Romo.”
“Kebaikan itu tak ‘punya’ agama. Dan tak dapat dibatasi atau terikat pada agama tertentu.”
“Tapi, saya punya pengalaman yang kurang baik Romo,” jawabnya seakan ingin memberitahu sesuatu.
“Bagaimana?”
“Saya punya tetangga baru. Setahun yang lalu. Kami merasa, mereka hidup sederhana. Mereka beragama lain, karena cara hidup mereka yang nampak secara lahiriah.
Mereka juga tahu bahwa saya Katolik. Karena rumah kami kadang dipakai untuk ekaristi bersama dan latihan koor komunitas.
Suatu saat saya mempunyai makanan. Saya memberi mereka. Secara halus mereka menolak bahwa tidak menerima dari agama lain. Sejak saat itu, kami hati-hati. Tidak lagi mengarah kepada keluarga tersebut.”
“Mungkin belum saatnya bagi mereka.”
“Kira-kira siapa ya Romo supaya pemberian ini jadi tepat sasaran?”
“Kita diajari untuk mengutamakan perhatian kepada mereka yang membutuhkan; mereka yang kita rasa berkekurangan.
Kita percaya akan gerak hati. Kepekaan hati. Hati dapat berbicara; hati dapat merasakan; hati memberi arah kepada siapa kita sebaiknya membantu.
Kita diajari tentang hati Bapa, Allah kita. Bapa yang murah hati kepada siapa pun. Bahkan mereka yang sementara ini menolak kita.
Usahalah selalu. Jangan pernah lelah. Tidak lemah atau terhambat atas reaksi mereka yang berseberangan. Memang sulit. Bahkan menyakitkan.
Kadang kita pikir: Tak tau diri itu orang. Mau dibantu aja lagaknya kayak orang berpunya.
Kita memiliki hati yang terus-menerus dilatih, dikobarkan dan disempurnakan oleh api kasih Bapa. Kita diberkati untuk berani menjumpai mereka. Roh selalu mengajari kita bagaimana menjumpai mereka. Sedikit repot itulah yang diminta dari kita. Jalan hati adalah jalan memahami, jalan yang mau mengerti kendati kadang sulit.
“Itulah jalan kasih. Jalan panjang yang kadang melelahkan.”
“Baiklah Romo, saya akan mencoba lagi.”
Beberapa bulan kemudian keluarga ini datang lagi ke pastoran.
“Wah lagi happy kah. Cerah wajah kalian.”
“Nazar kami terkabul, Mo.”
“Apa itu?”
“Suatu saat kami berdoa bersama. Kami mohon inspirasi dari Tuhan sendiri. Setelah menyanyikan sebuah lagu, kami berdoa bersama. Lalu kami hening 15 menit. Mencoba mencecapi keindahan sabda. Lalu kami syering sebentar.”
“Apa kesaksian doa masing-masing?”
“Saya melihat kami sedang berjalan keluar kota di pinggiran kota kiri kanan sawah pokoknya seperti sebuah kampung,” kata si ayah.
“Kalau saya sih saya melihat sebuah rumah kecil. Ada beberapa permainan seperti yang ada di taman kanak-kanak,” kata si nyonya.
“Anak-anak bagaimana?”
“Menyenangkan Romo. Kami itu seperti bermain dengan anak-anak yang lain. Wajahnya berbeda-beda. Kami tidak kenal. Tapi ada satu yang cacat kaki.
Begitulah yang saya simpulkan dari ketiga anak mereka. Lalu kami berdoa sebentar bersama dan bertanya kepada Tuhan mohon pengertian lebih jelas.
Yang mengherankan Romo, selesai kami berdoa pikiran saya langsung ke rumah yatim piatu di pinggiran kota. Panti asuhan dari kelompok agama lain.”
Hasil dari sebuah doa lebih murni dari pemikiran akal. Kadang Tuhan menunjukkan rancangan-Nya atau kehendak-Nya lewat mimpi juga.
Kalau hati kalian menjadi tenang dan damai setelah doa, ya mungkin itu cara Tuhan untuk mengembangkan hati kasihmu untuk berbagai
Bukankah Yesus berkata, “Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati.” ay 36.
Sebab, “Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan di urutan kepadamu.” ay 38b.
Tuhan, didiklah hati kami selalu terpesona kepada hati-Mu yang selalu memberi. Amin.