Di mana-mana kita menyaksikan kreasi-kreasi menarik untuk Perayaan Imlek tahun ini. Ada baleho di sejumlah tempat yang memasang ucapan selamat merayakan Imlek. Gong Xi Fat Cai. Selamat Tahun Baru. Atau sejumlah iklan di surat kabar dengan ucapan serupa. Musim semi telah tiba. Masyarakat Tionghoa beralih dari musim dingin yang menggerogoti tubuh ke musim semi yang penuh warna-warni bunga-bunga.
Pada musim dingin, yang tampak hanya warna putih dari salju yang turun di sejumlah daerah di China. Sedangkan pada musin semi, manusia bisa melepaskan diri dari keterkungkungan berupa pakaian yang tebal. Kini matahari bersinar terik. Tak perlu lagi menutup diri dengan pakaian yang tebal dan berlapis-lapis. Bunga-bunga bersemi menampilkan keindahannya. Karena itu, warna merah biasanya mendominasi hiasan-hiasan pada Perayaan Imlek.
Tahun ini, masyarakat Tionghoa memasuki Tahun Ular Air. Banyak harapan yang digantungkan oleh masyarakat Tionghoa pada Tahun Ular Air ini. Tentu saja sejumlah orang mengharapkan hidup yang lebih damai dan sejahtera. Pada Tahun Ular ini orang tidak perlu kelaparan, karena makanan yang berlimpah. Selain itu, mereka juga berharap memperoleh rezeki yang baik di Tahun Ular Air ini. Dengan demikian, orang boleh mengalami sukacita dalam hidupnya.
Dalam keluarga-keluarga Tionghoa, tadi malam diadakan makan bersama untuk menyambut pergantian tahun. Tentu saja makan bersama itu bukan hanya kumpul-kumpul untuk menghabiskan makanan. Makan bersama memiliki makna yang dalam, yaitu membangun kehidupan yang lebih baik dan damai. Keluarga bukan hanya menjadi tempat untuk bernaung. Tetapi lebih dari itu, keluarga menjadi tempat berbagi kasih dan kebaikan.
Sahabat, sebagai bangsa, kita boleh bersukacita bersama-sama masyarakat Tionghoa di negeri ini. Mereka adalah bagian dari bangsa ini. Mereka tidak hanya numpang di negeri ini. Tetapi mereka juga pemilik negeri ini. Karena itu, yang mereka lakukan adalah mempersembahkan diri bagi kemajuan bangsa dan masyarakat Indonesia.
Kita menyadari bahwa bangsa Indonesia terbentuk oleh berbagai latar belakang budaya, suku, agama dan bangsa. Tidak bisa satu suku atau agama mengklaim bahwa negeri ini terbentuk oleh prakarsa dirinya. Para pemuda negeri ini telah menyatakan bangsa ini memiliki bahasa, tanah air dan bangsa yang satu, yaitu Indonesia. Kita semua memang berbeda-beda suku, agama, budaya, tetapi kita tetaplah satu.
Karena itu, baiklah masyarakat Tionghoa menghidupi budayanya dengan memaknai hidup sebagai orang Indonesia. Mereka tidak perlu mengubah warna kulit untuk menjadi bangsa Indonesia. Kita semua membentuk sebuah Indonesia yang penuh warna-warni dengan keberagaman yang kita miliki. Keberagaman dalam persatuan itu indah.
Seorang bijak mengatakan bahwa ketika orang menghayati hidupnya sebagai bagian dari suatu bangsa, ia memperkaya bangsa itu dengan keberadaannya. Sebagai orang beriman, kita tidak perlu kuatir untuk memperkaya bangsa kita dengan kehadiran kita. Budaya dan tradisi yang sudah turun-menurun mengakar dalam kehidupan kita menjadi sesuatu yang indah dalam kebersamaan.
Mari kita menyumbang hal-hal yang baik bagi perjalanan bangsa ini. Dengan demikian, kita boleh mengalami kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Kita boleh melangkah maju untuk hidup yang lebih baik. Tuhan memberkati. **