Pada forum diskusi terbuka yang banyak dihadiri para tokoh awam katolik dari berbagai lintas profesi dan pekerjaan ini, duduk sebagai narasumber yakni Toto Suryaningtyas dari Desk Litbang Kompas dan Paguyuban Saudara Sejati (GSC) Yogyakarta. Sementara, Dr. Tommi Legowo dari Formappi memberi analisis tentang Pilgub DKI 2012 dan bagaimana sebaiknya umat katolik berperan dalam pesta demokrasi dalam tatanan lokal ini.
Toto bicara tentang pemetaan politik menjelang Pilgub DKI 2012. Sementara GSC Yogyakarta berbagi pengalaman tentang bagaimana umat katolik di Yogyakarta berkiprah dalam pesta politik local bernama Pilkada Yogyakarta bulan September tahun 2011 lalu.
Titik berpijak
Latar belakang pemilihan tema tersebut terjadi, karena Pilgub DKI tahun 2012 ini bisa menjadi sebuah entry point bagi kehidupan meng-Gereja di tengah-tengah masyarakat, bangsa dan negara Indonesia. Pokok bahasan ini menjadi sangat relevan, apalagi menjelang Pemilu tahun 2009 lalu baik KWI maupun PGI menyerukan, “Melalui Pemilu, hak-hak asasi setiap warga negara di bidang politik diwujudkan. Oleh karena itu setiap warga negara patut menggunakan hak pilihnya secara bertanggungjawab dan dengan sungguh-sungguh mendengarkan suara hati nuraninya. Bagi kita, Pemilu pada hakikatnya adalah sebuah proses kontrak politik dengan mereka yang bakal terpilih.” (Ref. Seruan Bersama PGI-KWI dalam Rangka Pelaksanaan Pemilu 2009, Jakarta: 31 Oktober 2008).
Dalam pengantar diskusi, Paul Soetopo menjelaskan latar belakang mengapa GSC lahir. Kata dia, itu karena sebagai awam katolik merasa sangat prihatin atas situasi bangsa dan negara serta kiprah Gereja Katolik di Indonesia. GSC, kata dia, sangat menyadari perlunya muncul tokoh-tokoh katolik nasional yang sekaligus dekat dengan umat dan diperhitungkan oleh semua kalangan. (Bersambung)