Bacaan 1: Hos 11:1. 3-4. 8c-9
Bacaan 2: Ef 3:8-12. 14-19
Injil: Yoh 19:31 – 37
HATI menjadi pusat hidup manusia. Tingkat bahagia seseorang bisa ditentukan dari hati.
Jika ia memiliki hati yang beku, maka bisa dipastikan ia tidak bahagia. Sebaliknya, jika memiliki hati yang lembut, maka seseorang dipastikan bahagia.
Hari ini, Gereja Katolik merayakan Hari Raya Hati Yesus yang Maha Kudus.
Sebuah devosi kepada Yesus yang melambangkan cinta ilahi kepada manusia.
Devosi telah diadakan sejak tahun 1856. Dirayakan 19 hari setelah Pentakosta dan selalu jatuh pada hari Jumat. Hari dimana Yesus disalibkan.
Dasar biblis perayaan ini adalah peristiwa wafat-Nya dikayu salib dan tertikam lambung-Nya.
“…Mereka akan memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.”
Kalimat dalam injil Yohanes yang diambil dari nubuat Zakharia 12:10.
Sebagai rasul, Paulus tidak pernah bermegah diri. Justru ia banyak mengalami penderitaan, namun ia bangga dengan kesesakan itu.
Baginya adalah suatu kehormatan boleh menderita bersama Yesus meski ia tahu penderitaannya belum seberapa dibandingkan dengan-Nya.
Maka dalam peneguhannya kepada jemaat Efesus ia berpesan agar tetap teguh dalam iman Kristus. Tidak perlu melihat kesesakkannya.
Ia menderita untuk jemaat, bukti cintanya kepada mereka. Hatinya untuk kemuliaan jemaat.
Allah adalah kasih. Meski bangsa pilihan-Nya degil namun Ia mau meninggalkan kemurkaan-Nya.
Allah justru mengangkat mereka dari keterpurukan dan menuntunnya ke tempat yang diinginkan-Nya.
Pesan hari ini
Semoga Tuhan memberikanku hati yang lembut dan penuh cinta kasih. Sehingga Roh Kudus berkenan tinggal dalam hatiku.
Kematian-Nya dan penikaman lambung-Nya adalah bukti cinta ilahi kepada umat-Nya.
“Cinta suci datang dari hati, cinta adalah ketulusan dan bukan suatu alasan. Tetaplah pakai maskermu dan jaga jarakmu.”