ORANG yang beriman kepada Tuhan sering mengungkapkan imannya lewat doa. Berhubung manusia itu banyak permintaannya, doa permohonan menduduki urutan pertama di antara jenis doa.
Benar kan?
Doa itu bisa menunjukkan kualitas iman seseorang. Yesus mengajarkan supaya orang tidak jemu-jemu berdoa (Lukas 18:1). Dengan berdoa orang menegaskan relasinya dengan Tuhan. Bukankah Santa Teresa dari Avila, guru doa itu berkata bahwa doa merupakan percakapan akrab dengan sahabat?
Semakin seseorang beriman, semakin rajin dia berdoa. Yang memohon menerima. Santo Alfonsus di Liguori menulis, “Dia yang paling rajin berdoa menerima paling banyak.” Mintalah, maka kamu akan diberi.
Perempuan Kanaan yang berjumpa dengan Yesus meminta agar Tuhan membebaskan anaknya dari belenggu setan (Matius 15: 22). Ketika permintaannya tidak ditanggapi (Matius 15: 23) bahkan ditolak (!Matius 15: 26), dia tidak menyerah.
Dari perempuan itu orang bisa belajar memohon kepada Tuhan. Pertama, dia meminta dan mendesak, tetapi tidak “ngèyèl” alias menggunakan argumen “pokoknya.”
Dia gigih berusaha.
Kedua, tatkala Tuhan menolaknya, dia berargumentasi. Dia mengemukakan alasan yang masuk akal (Matius 15: 27). Argumen itu tidak pertama-tama lahir dari pikirannya, melainkan dari imannya. Argumen itu menampakkan imannya yang kuat.
Ketiga, imannya demikian meyakinkan sehingga Tuhan pun mengabulkan permohonannya. “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.”
Dan seketika itu juga anaknya sembuh.” (Matius 15: 28).
Doa yang disertai iman yang besar membuat relasi manusia dengan Tuhan “nyambung.” Lebih dari itu, iman itu menyatukan kehendak sang peminta dengan kehendak Tuhan.
Demikianlah cara memintanya orang beriman.
Rabu, 3 Agustus 2022