Home LUMBUNG GAGASAN Memperbincangkan tentang Hantu: Bertemu dengan Orang Mati (3)

Memperbincangkan tentang Hantu: Bertemu dengan Orang Mati (3)

0

LAGI-lagi, Siswanto ini punya cerita sangat menarik. Satu-satunya pengalaman dia berjumpa dengan “roh manusia” terjadi, ketika tiba-tiba saja dia dipertemukan oleh teman lama setelah sekian lamanya –kira-kira 10 tahun—tidak pernah berjumpa.

“Kami ketemu tidak sengaja di Halte Tanjung Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Tiba-tiba saja, dia muncul begitu saja dan lalu menyapa saya,” kata Siswanto.

Teman itu lalu mengucapkan banyak terima kasih kepada Siswanto karena sudah banyak mendoakan dia. “Waktu itu, saya tertawa ngakak tak karuan dan dia pun ikut tertawa juga,” kata Siswanto.

Sudah lama meninggal

Dua pekan kemudian setelah perjumpaan mendadak tanpa sengaja di Halte Tanjung Barat itu, Siswanto lalu menyempatkan diri datang bertandang ke rumah sang teman ini. “Alangkah terkejutnya saya,  ketika diberitahu oleh ibunya bahwa dia ternyata sudah meninggal satu tahun sebelumnya,” kata Siswanto.

Kepada sang ibu, “Saya sampai ngotot mengatakan baru saja bertemu dia dua pekan lalu,” kata Siswanto keheranan. 

Dari pengalaman itu, Siswanto lalu berkesimpulan, alam roh, alam yang tidak kelihatan itu memang ada. Roh itu bisa merupakan roh dari manusia yang pernah hidup di dunia.. Roh itu masih berkelana di dunia ini karena “urusannya belum selesai”. 

Masih gentayangan

Kalau roh yang meninggal karena bunuh diri, kecelakaan, dan yang meninggal tidak wajar, mereka tidak berdaya untuk sampai di alamnya. Jadi, “mereka” ini  membutuhkan doa-doa kita sekalian orang beriman yang masih mengais kehidupan di alam fana ini. 

Kalau yang meninggalnya wajar, tetapi ia masih ingin say goodbye atau sekedar say helo pada sahabat atau keluarganya, mungkin masih ada di dunia ini atas kehendaknya sendiri sampai waktunya ia harus kembali ke alam roh yang semestinya. Namun kalau tuyul, gendruwo dan semisalnya, menurut saya itu berasal dari eksistensi roh yang berbeda dengan roh yang berasal dari manusia. 

Mereka itu sebangsa jin, atau malahan perwujudan dari “setan”. 

Memang, tegas Siswanto, pendapatnya itu tidak bisa direfer secara teologis. Sama sulitnya untuk memahami konsep api penyucian dalam ajaran katolik kita. Namun yang jelas, saya terdukung oleh kemampuan “linuwihnya” Romo X yang bisa melihat roh bahwa ada “roh” mantan manusia yang membutuhkan doa kita. Jadi, tetap saya lanjutkan tradisi baik ini dalam doa saya dan saya ajarkan juga untuk anak-anak saya. (Bersambung)

 

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version