- Konsisten
Seorang pemimpin haruslah konsisten, jika ia ingin berhasil membentuk suatu organisasi. Pada kenyataannya, integritas bersifat imperatif karena secuil pelanggaran saja terhadap integritas akan dapat meninggalkan cacat permanen.
Yesus menunjukkan konsistensinya sebagai pemimpin ketika didesak untuk bersikap terhadap perempuan yang kedapatan berjinah. Yesus katakan, “Siapa yang tidak bersalah, silakan melempar batu yang pertama.” Konsistensi Yesus juga ditunjukkan ketika Ia dipepet untuk bersikap terhadap Kaisar. Ternyata konsistensi Yesus disampaikan dengan cerdik dengan mengatakan, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi hak Kaisar, dan kepada Allah apa yang menjadi hak Allah.”
Kita sebagai pemimpin haruslah konsisten dalam menjalankan standar kedisiplinan. Pemimpin semestinya mempraktikkan apa yang ia ajarkan, dan menetapkan standar dengan adil. Kesemuanya ini dibutuhan untuk terwujudnya disiplin, moral, dan pencapaian visi-misi organisasi/kelompok.
- Teguh hati
Keteguhan hati itu lebih dari sekadar citra diri (image). Presiden Abraham Lincoln pernah menceritakan kisah tentang seorang petani. Di samping rumah petani tersebut, tumbuh sebatang pohon tinggi yang sangat indah. Suatu pagi, dia melihat seekor tupai berlari memanjat ke atas pohon dan menghilang ke dalam sebuah lubang.
Karena penasaran, petani itu melihat ke dalam lubang dan mendapati bahwa pohon yang ia kagumi itu berlubang di dalamnya, dan bisa rubuh menimpa rumahnya saat badai menerjang. Yesus sebagai pemimpin mengajak kita ambil bagian dalam kepemimpinannya yang berteguh hati saat Ia memberi perumpamaan tentang dua macam dasar. Bangunan yang dibangun di atas pasir akan mudah roboh ketika datang angin rebut, sedangkan bangunan yang dibangun di atas batu akan tetap kokoh kuat.
Seperti pohon tersebut, pemimpin yang hanya dari luar saja terlihat memiliki keteguhan hati, namun ternyata di dalamnya rapuh/keropos, tidak akan kuat untuk bertahan dalam masa-masa sulit. Pemimpin yang integritasnya lemah tidak bisa membangun organisasi yang mampu bertahan dalam situasi yang penuh tantangan. Integritasnya harus beneran, kalau hanya image, atau kesannya saja akan mudah roboh.
- Bertahan Sampai Akhir
Pemimpin dapat menunjukkan integritasnya dengan melaksanakan tugas sebaik mungkin, terlepas dari seberapa penting tugas itu atau siapa yang akan mendapat pujian. Pemimpin yang berintegritas mampu bertahan dalam perjalanan panjang menuju kejayaan. Itulah teladan dari kesetiaan terhadap pekerjaan. Kalau mengacu pada Yesus, kita diingatkan pada kata-kata Yesus pada Petrus, ”Tidak sanggupkah kamu berjaga barang satu jam saja?
Ingatlah Roh itu kuat tetapi daging lemah, maka berjaga-jagalah senantiasa!” (Luk 21: 36) Dan, Yesus sendiri menjadi contoh jelas dan nyata sebagai pemimpin yang mampu bertahan sampai akhir. Itu sebabnya dalam jalan salib Ia selalu bangkit kembali saat terjatuh, karena Ia harus memanggul salib ke Golgota. Dan, di Golgotalah baru Yesus bersabda, “Selesailah sudah” dan akhirnya berkata, “Ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.”
Kita sebagai pemimpin jangan mudah menyerah. Belum apa-apa sudah menyerahkan diri: “Ke dalam tanganmu kuserahkan tugasku. Aku emoh. Aku tak sanggup. Aku tak kuat.” Mesti coba dulu hingga terbukti memang sudah maksimal, baru seperti Yesus berkata kepada Bapa-Nya, “Selesailah sudah. Ke dalam tangan-Mu kuserahkan pertanggungjawaban kepemimpinan ini”.
Benawa Ari Darsana, belajar filsafat-teologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, kini dosen di beberapa universitas swasta di Jabodetabek.