Kamis, 17 November 2022
- Why. 5:1-10.
- Mzm. 149:1-2,3-4,5-6a,9b.
- Luk. 19:41-44.
SETIAP orang pasti pernah menangis dengan beragam sebab yang berbeda.
Namun ada orang yang menangis karena mereka memiliki hati yang mudah tersentuh karena memikirkan masa depan orang lain.
Tangisan seseorang dapat melambangkan perasaan dan tidak selalu tentang kesedihan.
Ketika seseorang menangis dapat menunjukkan beragam tanda dan ekspresi seperti bahagia, sedih, kecewa, terharu, dan lain sebagainya.
Orang yang menangis mengekspresikan emosi mereka dengan sebuah tangisan sebagai wujud kebahagiaan maupun penderitaan dan kesedihan.
“Romo, saya tidak henti-hentinya memohon pengampunan pada Tuhan, atas sikap suamiku,” kata seorang ibu.
“Suamiku putus asa dengan kondisi kesehatannya, ditemukan gangguan penebalan di pembuluh jantungnya, hingga membuat suamiku kesakitan dan tidak bisa bekerja dengan baik,” sambungnya.
“Sudah tiga tahun ini, ia tidak praktik sebagai dokter dan menutup diri,” ujarnya.
“Ia berpesan jika kondisinya memburuk jangan dibawa ke rumah sakit, saya tidak ingin memperpanjang penderitaanku,” pesannya.
“Susah sekali saya menghadapi suamiku, dia kalau punya pendirian tidak bisa diubah,” lanjutnya.
“Saya minta dia berobat dan mengusahakan pengobatan lain jika tidak ingin ke rumah sakit, namun dia tidak mau bahkan dengan keras memarahiku,” sambungnya.
“Dulu pada awal-awal sakitnya, dia tidak pernah mau diajak ke Gereja untuk berdoa. Dia menganggap Tuhan itu tidak adil,” ujarnya.
“Mengapa menimpakan penyakit seperti itu padanya,” lanjutnya.
“Namun kini, dia telah menyerah pada tangan Tuhan, dia ingin mati, dia tidak ingin lagi berdebat dengan Tuhan,” jelasnya.
“Di tengah malam kadang saya pandangi wajah suamiku yang kesakitan, tak terasa air mataku menetes, namun kini saya menangis iklas, jika Tuhan menghendaki kapan pun, saya rela,” sambungnya.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,
“Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya kata-Nya: “Wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang berdosa terpisah jauh dari Bapa yang sangat mengasihi mereka.”
Menarik bahwa Yesus tidak diceritakan menangis ketika Dia dicaci, dibenci, disalahmengerti, bahkan disalib sampai mati.
Dia justru dicatat menangis ketika sedang dielu-elukan memasuki kota Yerusalem.
Dia menangisi Kota Allah itu karena manusia di dalamnya tidak menyadari apa sesungguhnya yang mereka perlukan untuk kebaikan mereka.
Tuhan telah melawat mereka, tetapi mereka tidak tahu, dan tidak mau tahu, sehingga ketika kebinasaan itu datang, mereka pun tergilas habis.
Sebenarnya saat ini Yesus sedang menangis melihat kita. Bersedih dan meratapi kesalahan dan penolakan kita terhadap rencana-Nya.
Bagaimana dengan diriku? Kapan aku menangis dan karena apa?