Home BERITA Mencari Selamat di “Gereja” Lain

Mencari Selamat di “Gereja” Lain

1
Ilustrasi (Ist)

BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.

Kamis, 11 November 2021.

Tema: Menjumpai.

  • Keb. 7: 22-8:1.
  • Luk. 17: 20-25.

BENCI dan rindu merupakan dua sisi dari sekian banyak reaksi dari satu hati yang sama. Hati yang bersyukur dan hati yang terluka.

Kerinduan mewarnai hati yang berada dalam jalur cinta; ingin berjumpa segera dan membangun kebahagiaan.

Kebencian muncul, ketika hati tersakiti. Tanpa sadar, lalu berusaha mencari jalan keluar untuk membalas luka yang tak tertahankan.

Dalam keseharian hati yang penuh syukur terekspresi dalam cinta dan kesetiaan. Ia membawa sukacita dan pengharapan. Bahkan kerinduan yang bernyala.

Perjumpaan merupakan keinginan yang kuat.

Hati yang terluka menjadi alasan dan dasar tindakan, perkataan, dan pikiran yang mengarah pada balas dendam.

Luapan emosi kepada orang lain agar tahu rasa betapa pilu hati ini. Mengingat-ingatkan kesalahan. Bahkan dosa masa lalu hanya membuat jarak makin lebar, kerukunan, dan kasih makin menepi, kalap semakin menguasai.

“Mohon pendampingan bagi pasangan saya, Mo. Seharusnya kami semakin dekat. Tetapi saya merasa ada sesuatu pertumbuhan yang kadang saya tidak paham.

Saya hanya diam dan mengikuti kata hatinya daripada kami nantinya malahan jadi ribut,” keluh seorang calon isteri.

“Oh, kenapa?”

“Akhir-akhir ini, segalanya dikaitkan dengan Tuhan. Ia lebih sering diajak persekutuan di tempat lain; mendalami firman. Tetapi sering ketakutan. Ia menilai dirinya sendiri seakan-akan jauh dari Tuhan.

Ia bilang pernah bermimpi dan dijumpai Yesus. Sejak itu, ia lebih banyak berdoa, lebih khusyuk, takut akan Tuhan dan banyak menangis,” kisahnya.

“Baiklah, ntar saya kunjungi.”

Beberapa pekan kemudian,

Dingaren Romo datang. Ada apa Mo?”

“Nggak ada apa-apa. Berkunjung aja.”

“Oh syukurlah. Kirain ada apa? Papa mama akhir-akhir ini jarang ke gereja. Selain pandemi, ada perasaan was-was kalau ke gereja,” terangnya.

“Kamu sendiri gimana? Ada kabar suka? Kamu rajin ke gereja dan aktif di sana-sini,” tanyaku.

Lagi bicara, orangtuanya muncul dari kamar dan kaget melihat saya datang.

“Eh…. Romo. Sama siapa Romo?”

“Sendiri saja.”

“Oh, biasanya hari ini, asisten imam datang membagi Tubuh Kristus. Masih takut ke gereja, Mo. Dua pekan sekali, Mo. Sekitar pukul 11.00.”

“Ada sesuatu kah Mo?”

“Enggak. Tidak ada. Kunjungan saja. Mau belajar aja, bagaimana bapak ibu tetap memelihara iman dan kebiasaan doa selama pendemi ini.”

“Oh, itu ya Romo. Diminum dulu tehnya.”

“Ya, biasa saja Romo. Bangun pagi, berdoa. Juga papinya anak-anak. Saya langsung berdoa Rosario sementara papinya buat minum sendiri. Kadang membuatkan minum untuk saya.”

“Kok kadang-kadang?”

“Bapaknya takut, kalau minumannya keburu dingin. Ia tahu saya suka teh panas.”

“Apakah masih berlanjut kebiasaan doa malam bersama, sebelum tidur?”

“Masih Mo. Tapi lebih singkat dan gantian yang memimpin.

Indah sekali. Walau singkat.

“Ini Romo, anak saya.”

“Bagaimana? Ada berita baik?” kataku kepada anaknya.

Sejenak ia diam, melirik bapak ibunya.

“Ayo, cerita aja ke Romo. Supaya jelas dan tidak salah langkah.”

“Tapi Romo jangan marah ya,” pintanya.

“Ya, nggaklah. Namanya juga pengalaman. Siapa tahu ada inspirasi baik untuk bersama. Selalu ada nilai yang baik di balik pengalaman. Lewat itu, kita bisa berkembang di dalam kebaikan. Mungkin lebih bijak.”

“Begini Romo. Saya ikut kebaktian di tempat teman. Saya bersaksi lihat Tuhan berdiri di pintu kamar.

Katanya saya akan dipanggil. Saya harus banyak doa. Takut akan Tuhan.

Calon saya tak setuju, kalau pergi ke tempat lain. Terlebih, kalau saya doanya berlama-lama. Ia tidak nyaman menunggu lama. Saya selalu memberi dia ayat firman. Kami sering beda pemikiran,” jelasnya.

“Oh, gitu.”

Berdoa juga tidak harus berlama-lama. Buah doa yang benar memampukan kita mengetahui apa yang menjadi keprihatinan Allah.

Relasi benar dengan Yesus membuat kita lebih manusiawi, tenggang rasa; gembira bersama yang lain, mengembangkan persaudaraan dan kebaikan.

Langkah kecil yang menjadikan kita lebih manusiawi merupakan jalan yang benar menuju Allah.

Yesus berkata, “Dan orang akan berkata kepadamu: Lihat, ia ada di sana: lihat, ia ada di sini! Janganlah kamu pergi ke situ, jangan kamu ikut.” ay 23.

Tuhan ajari aku setia seperti para Rasul-Mu. Amin.

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version