Mencuri Sesajen

0
Ilustrasi - Aneka bunga untuk sesaji. (Ist)

Puncta 16.01.24
Selasa Biasa II
Markus 2:23-28

NENEK saya dulu sering bikin sesaji atau “pancen” yang berisi aneka makanan, minuman dan juga buah-buahan. Kalau peringatan hari-hari besar dibuatlah sesaji yang lengkap. Kalau peringatan “neptu” atau hari kelahiran menurut hitungan Jawa, tidak selengkap sesaji hari besar.

Nenek menaruh sesaji itu di meja pojok ruang tengah. Nenek berdoa sambil membakar dupa kemenyan, memohon keselamatan dan kelancaran segala usaha bagi seluruh keluarga. Ibu saya dulu juga mengikuti kebiasaan nenek. Sekarang tradisi itu diteruskan oleh Ratri, adik yang di rumah.

Saya biasanya yang “mengambil dengan diam-diam” makanan yang paling enak. Ada ingkung ayam, kolak apem, juga kadang pisang raja yang sangat manis. Nenek tidak marah sesaji itu dicuri dan dimakan oleh cucunya.

Orang-orang Farisi protes kepada Yesus karena murid-murid-Nya memetik bulir gandum pada hari Sabat. Seumumnya kaum Farisi adalah kelompok yang sangat ketat dan kaku terhadap aturan dalam Kitab Taurat.

Mereka sangat “skrupel” jika melihat orang melakukan kesalahan atau melanggar aturan. Skrupel berasal dari Bahasa Latin “scrupulum” yang artinya kerikil tajam yang membuat nyeri.

Kaum Farisi itu merasa sakit, atau risih jika ada pelanggaran kecil saja dalam pelaksaan hukum Taurat. Bagi mereka tindakan para murid itu menyakitkan. Mereka memprotes tindakan murid-murid Yesus yang tidak menghormati aturan Sabat.

Yesus menjelaskan kepada mereka dengan mengutip kejadian yang dibuat Daud dan para prajuritnya ketika mereka sedang kelaparan.

Daud makan roti sajian, yang seharusnya hanya diperuntukan bagi para imam di Bait Allah. Bahkan Daud memberikannya juga kepada para prajuritnya.

Lalu Yesus menegaskan, “Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat. Jadi, Anak Manusia adalah Tuhan, juga atas hari Sabat.”

Yesus sebagai Tuhan berkuasa atas segala waktu, termasuk juga atas Hari Sabat.

Aturan dibuat oleh manusia untuk membawa keselamatan, bukan untuk membelenggu dan mempersulit dirinya sendiri. Kalau bisa dipermudah demi keselamatan dan kebaikan orang, kenapa kita harus membuatnya menjadi sulit-sulit.

Tuhan saja mempermudah kita untuk memperoleh keselamatan, mengapa kita justru mempersulitnya dengan aneka beban yang memberatkan?

Pergi ke Blabak membeli tahu ketupat,
Pelayannya cantik dan ramah-ramah.
Kalau kita siap melayani masyarakat,
Jangan mempersulit apa yang bisa dipermudah.

Cawas, jangan suka mempersulit diri sendiri.
Rm. A. Joko Purwanto Pr

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version