SEORANG bijaksana berkata, “Takut akan Tuhan adalah awal dari Kebijaksanaan.
Takutilah Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”
Seorang pegawai perusahaan bekerja di bagian Purchasing (pembelian). Ketika sedang melakukan tender, salah satu vendor mendekatinya.
Vendor itu berkata, ”Pak, bantu kami supaya bisa menang yah. Nanti kami beri hadiah.”
Pegawai itu nenjawab, ”Asal Bapak memberikan harga terbaik, kualitas baik dan tepat waktu, kami pasti akan memilih perusahaan bapak. Anda tidak perlu membayar saya apa-apa.”
Mendengar itu, Vendor berkata, ”Hati-hati loh, Pak. Kami teman baik direktur. Kalau nanti Anda dipecat, jangan salahkan kami.”
Pegawai itu berkata, ”Saya tidak takut sama siapa-siapa kecuali Tuhan, pak, Sang Kebenaran.”
Vendor itu terdiam mendengar jawaban pegawai itu. Setelah beberapa saat, ia meminta maaf atas kelancangannya.
Lebih baik jujur
Tampaknya suap-menyuap bukan sesuatu yang baru dalam dunia bisnis. Suap menyuap sering diupayakan meski selalu ada ancaman bagi tindakan suap-menyuap.
Orang yang terjebak dalam suap-menyuap akan menghadapi hidup yang sulit. Mengapa? Orang seperti ini akan selalu ditegur oleh suara hatinya yang masih jernih.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk tidak takut menghadapi situasi yang menantang. Pegawai itu mesti melawan tindakan suap-menyuap, karena dia tahu bahwa perbuatan seperti itu sebuah perbuatan dosa.
Meski tidak diketahui orang lain, tindakan seperti ini hanya membuat hidup tidak tenang. Karena itu, ia menolak perbuatan dosa itu. Ia masih mengandalkan suara hatinya yang masih murni.
Pertanyaannya, mengapa orang mudah sekali terlibat dalam tindakan suap-menyuap?
Jawabannya adalah orang menikmati suatu pendapatan tanpa kerja keras. Karena sudah terbiasa lantas orang merasa bahwa hal itu bukan suatu dosa.
Apa yang dilakukannya itu sesuatu yang sudah menjadi biasa. Biasa melakukan dosa, sehingga tidak tahu lagi mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Orang beriman tentu saja mengandalkan suara hatinya yang baik. Suara hati seperti ini sering menegur orang ketika berhadapan dengan suatu dosa.
Ketika orang menyadarinya, orang tidak akan melakukan dosa itu. Tetapi kalau orang tidak menyadarinya atau tidak bisa mendengarkan suara hatinya, orang akan mengalami kejatuhan. Keterpurukan hidup segera mengikutinya.
Mari kita terus-menerus mendengarkan suara hati kita, agar hidup kita dijauhkan dari perbuatan-perbuatan yang jahat. Tetap semangat, sahabat Sonora.
Tuhan memberkati.