HATI yang mudah tergerak oleh belas kasihan mesti senantiasa kita miliki. Namun hal ini mesti kita latih terus-menerus dalam perjalanan hidup kita.
Adalah Chef Roberto Mendoza begitu tersentuh hatinya mendengar rakyat yang terlantar di Republik Dominika. Saat itu, ia sedang memanggang 600 kalkun untuk para tunawisma Charlotte, Amerika Serikat, tahun 2012.
Setahun setelahnya, dia membeli tanah di sana dan mendirikan kafetaria serta rumah ibadat untuk membantu orang-orang miskin di daerah itu.
Ketika dia memenangi lotre sebanyak 250,000 dollar AS, dia semakin tergila-gila untuk memberikan sumbangan bagi orang-orang miskin. Apalagi ketika dia mengingat perang saudara di negerinya yang menelan korban 75.000 jiwa.
Bagi mereka yang selamat, kelaparan adalah tamu harian yang tidak diinginkan.
Mendoza berkata, “Ketika saya berusia 14 atau 15 tahun, saya pergi tidur tanpa makan. Saya berdoa saat itu, ‘Tuhan, ketika saya dewasa, saya tidak ingin ada orang merasa lapar’.”
Selama perang saudara, Mendoza muda diculik, tetapi dia berhasil melarikan diri dari negara itu. Hal itu terjadi berkat Pasukan Keselamatan, yang membantunya sampai ke Kanada.
Dari sana, dia pergi ke California, tempat dia belajar seni kuliner. Setelah memulai karirnya bekerja di hotel dan restoran, dia membuka restoran sendiri di Charlotte bernama Chef Heaven’s Kitchen. Ia pun menjadi sukses.
Dia telah memasak untuk seorang pangeran Arab Saudi, Presiden Bill Clinton, George W. Bush, dan Barack Obama, dan Condoleezza Rice. Ia bahkan memasak untuk upacara Academy Awards.
Namun Roberto Mendoza tidak pernah melupakan asal-usulnya atau kemiskinan masa kecilnya.
Dia berkata, “Ketika Anda lapar, tidak ada bahasa, hanya perut Anda yang mengeram.”
Dari kemapanannya itu, dia menggunakan sebagian penghasilannya untuk membantu orang miskin yang membutuhkan makanan enak. Setiap minggu, dia memasak untuk para tunawisma di Charlotte.
Semangat berbagi
Gerakan untuk menolong sesama tentu tidak muncul tiba-tiba. Gerakan ini mesti muncul dari suatu kebiasaan yang berlangsung terus-menerus. Bisa saja orang belajar dari pengalaman hidup orang lain. Atau orang bisa belajar dari masa lalunya yang runyam.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk senantiasa memiliki kepedulian terhadap orang-orang yang ada di sekitar kita. Chef Mendoza begitu perhatian terhadap sesamanya yang lapar, karena dia pernah mengalami hal yang sama.
Dia lantas ingin melakukan sesuatu yang berguna bagi sesamanya. Ia ingin sesamanya tidak merasa lapar, karena ketiadaan makanan.
Kita hidup bersama sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Tuhan menciptakan kita dengan memberikan berbagai kemampuan. Tuhan ingin kita berbagi kemampuan dengan orang lain. Tuhan ingin agar dalam hidup ini kita saling melengkapi. Bukan saling bersaing hingga saling mematikan.
Karena itu, orang beriman mesti menyadari keberadaannya sebagai rahmat yang berlimpah-limpah dari Tuhan.
Tuhan telah memberikan segala hal yang baik bagi kita, kini giliran kita memberi yang terbaik bagi sesama. Kita mesti ingat bahwa Tuhan senantiasa hadir dalam diri sesama kita.
Ketika hati kita tergerak oleh kekurangan dan kelemahan sesama kita, kita mewujudkan kasih kepada Tuhan dan sesama.
Mari kita terus-menerus mendidik hati yang mudah tergerak oleh belas kasihan.
Tuhan memberkati.