Home BERITA Menemukan Makna di Balik Peristiwa

Menemukan Makna di Balik Peristiwa

2
Ilustrasi - Anak berkebutuhan khusus

Jumat, 21 Oktober 2022

  • Ef. 4:1-6.
  • Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6.
  • Luk. 12:54-59.

TIDAK semua orang bisa dengan bijaksana menilai keadaan yang sedang terjadi. Karena harus kita sadari bahwa semakin lama kepekaan kita terhadap alam semakin menurun.

Sehingga ada orang yang terkadang kurang bijak dan seimbang dalam menilai kenyataan kehidupan ini.

Ada kecenderungan bahwa kita hanya mampu menilai kekurangan orang lain dan melupakan kekurangan diri sendiri.

Bahkan jika kita sudah mengetahui suatu kebenaran, kita berusaha menutupinya dengan berbagai alasan karena bertentangan dengan kepentingan diri sendiri.

Menjadi bijak dan berhikmat itu, perlu kerendahan hati. Tuhan sendiri menunjukkan cara untuk untuk mengenal dan mencintai kita.

Tuhan memangkas jarak antara dunia ilahi dengan dunia manusiawi dengan menjadi manusia yang seperti kita.

“Jangan mudah berkomentar apalagi mengkritik perilaku orang lain, atau peristiwa nestapa yang menimpa sesama kita,” kata seorang bapak.

“Kita perlu belajar rendah hati untuk tidak selalu merasa lebih baik dan lebih benar dari orang lain,”lanjutnya.

“Apa yang tampak dalam sikap dan kata-kata orang lain hanyalah sebagian kecil dari kehidupan yang terlihat,” ujarnya.

“Masih banyak kisah dan sejarah orang yang tidak kita ketahui,” sambungnya.

“Saya awalnya sangat sulit menerima anakku yang punya cacat mental,” ujarnya.

“Saya dan isteri saya bertahun-tahun berjuang untuk tabah dan menerima keadaan anakku dengan hati terbuka,” katanya.

“Tidak mudah menerima kelainan yang ada, namun kemudian dalam sebuah retret saya dan istriku diingatkan bahwa anakku dengan segala keunikannya adalah berkat dari Tuhan,” sambungnya.

“Karena kondisi anak seperti itu, kualitas cinta kami semakin kuat, banyak waktu kami gunakan untuk diskusi, syering bahkan menangis dan tertawa bersama,” lanjutnya.

“Hanya dengan kerendahan hati, kami bisa memaknai dan mensyukuri kehadiran anak kami yang cacat,” tegasnya.

“Cinta Tuhan itu luar biasa, kehadiran anakku yang awalnya kami cemaskan akan menjadi beban justeru membawa berkat yang tiada tara. Hubungan kami tetap terjaga baik, dan anak-anak tumbuh sehat dan bahagia,” ujarnya.

Dalam bacaan Inji hari ini kita dengar demikian,

“Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?”

Hal-hal yang terjadi di dunia ini seluruhnya ada dalam kendali Allah.

Jika kita mau menerima situasi yang baik dan menyenangkan, mestinya kita tidak mengeluh jika menerima kenyataan yang pahit dan kadang tidak kita harapkan.

Untuk itulah kita harus selalu memohon pimpinan Tuhan dalam mengambil keputusan setiap hari. Kita libatkan Tuhan untuk menoling kita melihat kenyataan hidup yang kita hadapi dan bagaimana kita menyikapinya.

Hanya dengan cara inilah kita dapat menyongsong, memahami, dan mewarnai zaman.

Kita tidak lari dari kenyataan bahkan kita bisa memetik buah kesabaran dan keindahan dari aneka peristiwa yang kita alami.

Rela memberi diri dipimpin Tuhan merupakan langkah yang tepat agar kita bisa menjadi garam dunia.

Bagaimana dengan diriku? Apakah aku sabar dan terbuka akan tuntunan Allah dalam aneka peristiwa kehidupan ini?

2 COMMENTS

  1. Saya juga mendapat perhatian dari Tuhan atas anak laki laki yaitu Aloysius Satria frianton, dia pendengaran nya kurang jadi hingga sekarang belum bisa berbicara layaknya seorang berbicara.
    Memang tidak mudah untuk menjalani kehidupan ini karena saya terus belajar memahami anak kami. Saya juga belum tahu apa yang akan tuhan tujukan kepada kami, semua proses nya kami nikmati sebagai jalan hidup keluarga kami.
    Perjalanan kehidupan ini kami pasrahkan kepada Allah yang selalu membimbing dan mengarahkan kami walaupun dalam kelemahan kepekaan terhadap bisikan tuhan yang sangat lembut menyapa semua umatNya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version