SERING kesendirian menyelimuti hidup manusia. Banyak orang mengalaminya sebagai sesuatu yang kurang baik dalam hidup mereka.
Namun ada juga orang-orang yang mengalaminya sebagai suatu kesempatan untuk membahagiakan dirinya.
Setelah puluhan tahun hidup sebagai suami istri, salah seorang pasangan mesti menghembuskan nafas terakhir. Sang istri mesti merelakan sang suami pergi mendahuluinya ke keabadian.
Ia sangat mengasihi dan menyayangi sang suami. Kasih dan kesetiaan itu pula yang menyebabkan keduanya mampu mempertahankan bahtera perkawinan selama 55 tahun.
Suatu perjalanan hidup bersama yang sangat panjang yang penuh dengan suka duka. Hari-hari hidup setelah sepeninggal sang suami diisi dengan penuh sukacita. Ia merasakan hidup ini sangat bermakna meski tiada sang suami di sisinya.
Baginya, hidup dalam kesendirian tidak selamanya berarti kesepian. Justru ia mengisi hidup kesendirian itu dengan kegiatan-kegiatan yang membahagiakan dirinya.
Ketika ditanya salah seorang cucunya tentang kesendiriannya, ia berkata, “Saya tidak merasa sepi meski kakekmu telah meninggalkan saya. Saya bahagia, karena kakekmu telah berbahagia di surga.”
Berani berserah diri
Ada kalanya orang mesti menerima kesendirian. Orang mesti berani menikmati kesendirian dalam hidup ini. Kesendirian tidak membuat orang kehilangan arah. Justru dalam kesendirian itu orang mampu mengalami kebaikan dalam hidup ini.
Kisah di atas memberi kita inspirasi untuk senantiasa menerima situasi apa pun dalam hidup ini. Kesetiaan dalam hidup ternyata memiliki makna yang dalam.
Ketika kesendirian mesti dijalani, ibu itu menjalani dengan penuh sukacita. Tidak ada yang mengganggu hidupnya. Bahkan ia merasa bahagia menjalani hidup ini dalam kesendirian.
Kadang-kadang atau sering kita harus berjalan sendiri dan berjuang dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Namun sebetulnya kita tidak sendiri.
Ada kekuatan ilahi yang senantiasa menemani perjalanan hidup kita. Hasilnya, kita menjalani hidup ini dengan mantap. Tanpa bantuan kekuatan ilahi, kita menjadi orang yang plin-plan. Orang yang tidak tahu arah yang mesti dituju.
Orang beriman mesti yakin bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan dirinya berjuang sendirian. Kekuatan Tuhan tidak pernah pergi dari diri orang beriman. Karena itu, orang beriman mesti memusatkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Orang beriman mesti mau menerima kekuatan dari Tuhan yang begitu besar.
Mari kita terus-menerus menyerahkan seluruh hidup kepada Tuhan, karena Tuhan mahapengasih dan penyayang.
Kita mesti yakin bahwa Tuhan tetap setia kepada kita dalam situasi apa pun. Tuhan memberkati.