Senin, 16 Agustus 2021
Hak.2:11-19.
Mat. 19:16-22
DI bulan Februari tahun 2010, saya pulang dari Sintang ke Putussibau dengan motor. Di tengah perjalanan, motor yang saya kendarai mogok. Karena tutup oli di bagian bawah mesin kendor, hingga olie merembes keluar.
Peristiwa itu terjadi di dekat bukit lindung wilayah Seberuang.
Daerahnya sangat sepi, dan jauh dari pemukiman.
Tiba-tiba lewat seorang bapak penjual penjual sayur keliling.
“Kenapa motornya, Mas?” tanyanya padaku.
“Oli mesin motor saya bocor, Pak,” jawabku.
Lalu bapak itu, turun dari motornya dan mendekatiku, lalu mengamati mesin motor dan mur yang kendor.
“Wah, ini olinya sudah hampir habis. Untung saja mesinnya tidak rusak. Mas tunggu di sini dulu. Saya bantu belikan oli di kampung,” ujarnya.
“Terimakasih sekali Pak,” sahutku dengan senang hati.
Tiga jam kemudian bapak itu datang dengan temannya, serta membawa alat-alat bengkel.
“Maaf menunggu lama ya Mas. Saya tadi menunggu Mas ini yang bisa memperbaiki motor. Dia tadi pas pulang dari ladang,” kata bapak itu.
“Tidak apa, Pak. Saya sungguh berterimakasih atas bantuannya,” kataku penuh syukur.
Mereka lalu mulai memperbaiki motor saya dan kemudian mengisi oli di bak mesin.
Tidak perlu waktu lama, motor saya bisa hidup kembali.
“Banyak terimakasih Pak,” kataku pada bapak-bapak itu.
“Berapa biayanya?,” tanyaku
“Sudah Mas. Ganti biaya beli oli saja,” kata bapak itu.
“Ini Pak, untuk gantu beli oli dan bensin serta sedikit upah,” ujarku sambil menyodorkan uang kepada mereka.
“Tidak Mas. Kami juga sering dibantu orang kalau ada kesusahan di jalan. Ini saya ambil untuk beli oli saja,” katanya.
“Tapi bapak bolak-balik ke sini kan perlu bensin,” kataku berharap mereka menerima uangku.
“Memang begitu. Tetapi ini sudah jadi niatku membantu, Mas. Sudahlah saya ambil uang untuk beli oli saja,” katanya dengan halus.
Tidak semua hal bisa selesai dengan uang.
Sebuah kebaikan tidak mungkin bisa diganti dengan uang.
Namun sebaliknya hendaknya uang yang kita miliki, kita gunakan untuk melakukan kebaikan.
Seperti yang saya alami, bapak-bapak itu menolongku dengan mengurbankan waktu dan hartanya.
Mereka punya niat dan melakukannya. Mereka berbuat baik tanpa pamrih, tanpa mengharapkan balas jasa atau imbalan.
Sebuah kebajikan yang aktif bukan hanya tidak melakukan ini itu. Namun berrindak demi kebaikan orang lain.
Seperti pemuda yang kaya raya, dia sudah mentaati semua aturan dasar firman. Dengan tidak melalukan apa yang dilarang oleh hukum itu.
Namun Yesus meminta dia berbuat sesuatu. Jika dia ingin mengikuti Yesus. Menjual hartanya dan membagikan kepada orang miskin.
Pemuda itu tidak mau dan pergi dengan rasa sedih.
Bagaimana denganku?
Apakah aku mau menggunakan hartaku untuk menolong sesama?