BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.
Rabu, 29 Desember 2021.
Tema: Penantian.
Bacaan
- 1 Yoh. 2: 3-11.
- Lk. 2: 22’35.
SAAT ekaristi Malam Natal, sebuah keluarga sudah hadir satu jam sebelum perayaan ekaristi dimulai. Mereka duduk dalam satu deret bangku.
“Aduh sudah hadir. Masih satu jam lagi lo.”
“Sengaja Romo. Kami ingin menyiapkan hati kami dengan lebih baik. Kami mengobarkan penantian batin.”
“Kan sudah menerima Sakramen Rekonsiliasi.”
“Betul romo. Kami juga berpuasa hari ini.”
“Kenapa? Bukan masa Prapaskah to?”
“Bagi kami, malam ini sangat istimewa.”
“Istimewanya bagaimana?”
“Tidak hanya buat iman kami. Tetapi juga bagi kehidupan keluarga kami. Persis hari ini adalah hari perkawinan kami dan Tuhan sungguh baik. Anak kami yang sulung lahir juga pada hari ini. Tidak kami rencanakan Romo.
Kami ingin menikmati suasana natal. Menghabiskan waktu waktu dalam gereja. Kami ingin bersyukur.
Saya selalu mengingatkan. Hidup itu sebuah perjalanan keluarga menuju Tuhan dalam kebersamaan. Kesadaran itulah yang ingin kami bangun, endapkan pada misa Malam Natal.
Kami menyadari Malam Natal akan berlalu. Tidak akan mengubah nasib. Tetap mengalami suka duka. Bahkan mungkin penderitaan-penderitaan. Entah karena iman kami. Atau kelemahan. Tetapi kami yakin Tuhan menyertai dan ada di tengah-tengah kami.
Kami berusaha sekuat tenaga untuk hidup dalam iman.
Kami datang lebih awal untuk menyadari, Ia memanggil kami sekeluarga untuk belajar bergembira, kendati duka keluarga tetap ada. Kami juga mereka yang hatinya terluka dan duka.
Kebetulan saya anggota Seksi Pewartaan di paroki kami. Saya berlibur bersama keluarga. Dan tidak bertugas.”
“Hmm…bagus. Doakan saya juga ya,” pintaku.
“Romo, doakan kami ya.”
“Apa yang dibayangkan saat ini?”
Saya membayangkan perjalanan Santo Yusuf dan Bunda Maria. Karena cacah jiwa harus pulang kampung dalam kondisi hamil tua.
Membahayakan bayi Yesus dalam kandungan. Mereka dipaksa pulang kampung. Manalagi jaraknya jauh. Kami membayangkan mereka seperti pengungsi. Penuh risiko.”
“Artinya?” kataku ingin memahami pengetahuan imannya.
“Hidup itu sebuah perjuangan. Keberhasilan kadang dilalui dengan banyak penderitaan, kesedihan dan tentunya perjuangan.
Kami selalu mengalami kegembiraan yang luar biasa setiap malam Natal. Semua beban dan duka terbuang. Diganti dengan kegembiraan. Sukacita yang memenangkan kembali kehidupan.”
“Menyentuh sekali,” kataku meneguhkan mereka.
“Baiklah. Manjakan batin bapak ibu dan adik-adik dengan keheningan dan syukur.
Aku pun menyadari dan bersyukur.
Malam Natal adalah malam di mana semua kegelapan dosa dan sinar kebaikan kita tidak berarti di hadapan-Nya. Hanya karena kasih Allah yang begitu tercurah di dalam hati kita.
Aku percaya tidak seorang pun merasa tidak ditebus. Malam natal adalah malam pemberian kasih
Jika kita percaya dalam kasih dan kembali pada kasih, tidak ada sesuatu pun yang lebih berarti. Walau kita akan masih mengalami kehidupan yang “menyedihkan”.
Melihat Yesus, Simeon memuji, “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang datang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi pernyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.”ay 29-32.
Tuhan Yesus, dalam pengharapan ini, biarlah kami menyadari, Engkau mengasihiku dan memberikan diri-Mu bagi hidup keluargaku. Tinggallah dan bergembiralah di tengah-tengah keluarga kami. Amin.
Tuhan Yesus tinggallah di tengah tengah keluarga kami.